Mohon tunggu...
Harjo
Harjo Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Harjo, Naturalist

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Zedonk, hasil perselingkuhan zebra dengan keledai

3 Agustus 2010   08:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:21 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_214591" align="alignleft" width="300" caption="Zedonk, hasil perkawinan zebra dengan keledai (Tom Reed / The Times)"][/caption] Kemarin, ketika berselancar (browsing), ketemu situs disini: ://www.gainesvilletimes.com/section/6/article/35810/ yaitu mengenai kelahiran seekor zedonk, di Suaka Margasatwa Chestatee, Dahlonega, Georgia, AS, seminggu yang lalu. Informasi yang sama juga diberitakan oleh harian Media Indonesia, Vivanews dan TV One (30/07/2010).

Informasi ini menurut saya menarik, perkawinan yang sebetulnya sangat jarang terjadi di alam. Menurut JA Wathen, pendiri suaka marga satwa tersebut, menjelaskan pada situs tersebut bahwa, “selama lebih dari 40 tahun mereka bersama, baru kali ini terjadi”. Perkawinan ini, bukan merupakan rekayasa, tetapi atas kemauan zebra jantan untuk mengawini keledai betina. Mutan hasil perkawinan tersebut lebih mirip keledai, hanya saja kakinya bergaris-garis hitam putih.

Kasus-kasus mutasi seperti ini, bukan pertama kali terjadi, sebelumnya juga pernah diberitakan pada tahun 1970dengan kelahiran 3 ekor zedong di kebun binatang Colchester, Inggris, http://www.colchester-zoo.co.uk dan seekor zedonk pada tahun 2005di Barbados (http://sciencedaily.com).

Buat saya informasi ini menarik, karena zedonk adalah bentuk mutan akibat dari perkawinan yang berbeda species. Kalangan evolusionis menganggap bahwa mutasi, baik yang terjadi oleh karena radiasi, zat-zat kimia maupun dari persilangan seringkali dijadikan bukti, sebagai salah satu mekanisme pendorong terjadinya evolusi. Benarkah?

Hal menarik yang ingin saya kemukakan adalah, pertama, apakah zedonk ini bisa disebut sebagai species baru? Kedua, apakah mutasi seperti ini dapat diandalkan menjadi agen progenitor yang menyebabkan terjadinya evolusi?

Saya berpendapat, bahwa zedonk, bukanlah species baru, sehingga tidak tepat jika disebut sebagai species baru, sebagaimana penyebutan oleh beberapa media online kepada hewan mutan ini.

Mengutip definisinya species Ernst Mayr, seorang ahli Zoologi dalam buku Biology, karangan John W. Kimball, edisi kelima, halaman 800, sebagai berikut:

“Ernst Mayr mendefinisikan species sebagai populasi alamiah yang dapat mengadakan silang-dalam secara potensial atau aktual, dan tidak mengadakan persilangan dengan populasi lain, meskipun ada kesempatan untuk itu”

Jika dikaitkan dengan kasus di atas, tentu definisi ini menjadi tidak cocok.

Tetapi agar klop dengan paradigma evolusi, maka dipaksacocokan oleh Kimball (pada halaman yang sama) ditambahkan dengan kalimat berikut:

“Kita harus mengubahnya sedikit dengan menambahkan bahwa kejadian yang jarang terjadi perkawinan species dapat berlangsung, tetapi keturunan yang dihasilkan tidak begitu subur atau efisien”.

Perhatikan kata-kata “…harus mengubahnya sedikit …” dan “tidak begitu … ” adalah kata-kata bersayap yang biasa digunakan oleh kalangan evolusionis. Mengapa bersayap? Karena mutan yang dihasilkan, bukannya tidak begitu subur atau efisien, melainkan benar-benar steril !!!

Definisi Kimball jika dikonfrontir dengan pendapatProf. Haldane yang pernah disampaikan pada konferensi “Biology Council” yang diadakan pada tahun 1951 di Birmingham, bahwa “mutasi yang dihasilkan yang berbeda dengan keadaan normalnya dan menghasilkan keturunan yang steril terhadap yang lain, maka itu tidak dapat dikatakan sebagai species baru”.

Sayalebih sependapat dengan pernyataan sang Profesor tersebut, maka zedonk tidak bisa disebut species baru, melainkan keadaan yang mutan, alias tidak normal.

Sampai saat ini, kalangan evolusionismemang belum berhasil merumuskan definisi species. Mengapa? karena dalam mendefinisikan species tersebut, selalu dikaitkan dengan persoalan evolusi. Tetapi kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan yang diharapkan kaum evolusionis.

Apakah mutasi dapat menjadi agen progenitor?

Menurut Teori Evolusi, bahwa mutasi dan seleksi alam adalah 2 mekanisme alamiah yang menyebabkan terjadi perubahan pada makhluk hidup. Mutasi adalah bahan baku untuk tempat seleksi alam dapat berlangsung.

Ketika menjadi mahasiswa, percobaan mutasi ini pernah saya praktekan pada lalat buah, Drosophila melanogaster untuk mata kuliah Genetika. Mengapa lalat buah? Karena serangga ini bereproduksi sangat cepat sehingga hasil mutasi akan segera dapat diketahui. Beberapa persilangan untuk membuatnya mengalami mutasi, dihasilkan ciri-ciri, di antaranya: warna mata merah, menjadi tidak berwarna, sayap-sayap menjadi kecil dan tak sempurna, penglihatan yang normal menjadi buta, dsb.

Para akhli Genetika sebelumnya telah membuat 460 bentuk mutan dari Drosophila sp ini, tetapi serangga yang dihasilkan tetaplah steril. Tidak ada satupun yang dihasilkan species baru dari Drosophila sp ini sejak 1910 hingga saat ini. Kalau begitu, bagaimana bisa mutasidisebut sebagai agen progenitor?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun