[caption id="attachment_280371" align="alignnone" width="640" caption="Talkshow di ruang gemerlap lampu, tahukah Anda berapa ratus watt yang digunakan untuk itu? (foto: Arif Subagor)"][/caption] Di setiap jeda antara dua acara pada Kompasianival kemarin, MC selalu meneriakkan yel-yel "Kompasianival 2013: Kami Untuk Indonesia". Sesuai dengan tema yang diusung Kompasiana tahun ini yang tertulis jelas juga di microsite Kompasianival. Namun, apa sih wujudnya "Kami Untuk Indonesia"? Tema suatu event umumnya dibuat sebagai gambaran umum dari event tersebut. Tapi kok tema yang digagas tersebut kurang nampak pada seluruh rangkaian acara ya. Talkshow-talkshow bersama tokoh nasional Ketua KPK, Wagub DKI, para penulis, para wakil komunitas, mungkin itulah maksud dari wujud tema itu. Itu belum dapat mewakili wujud nyata "Kami untuk Indonesia". Kompasianival sejatinya adalah hajatan akbar Kompasiana: dari, oleh, dan untuk Kompasianers. Ajang sharing and connecting di dunia nyata, setelah setahun penuh melakukan hal yang sama di dunia maya. Ide, kritik tajam, dan tema-tema yang berkaitan dengan masalah ke-Indonesia-an juga selalu diusung dan diperbincangkan di Kompasiana. Dari mulai konsep green environment, fenoma korupsi, kondisi perpolitikan, olah raga, kasus-kasus aktual, kemanusiaan, dan banyak lagi tema-tema yang setiap minggu menjadi topik pilihan. Kenapa tidak diambil satu topik pilihan itu dan diwujudkan dalam aksi nyata? Saatnya beraksi secara massal, bukan lagi sekadar "Talk only". Talkshow bolehlah, tapi waduh saya pikir Kompasianers sudah kenyang kalau menghadiri talkshow-talkshow. Maksudnya begini. Pilihlah satu atau beberapa topik yang menjadi sentral dan wujudkan jadi aksi. Libatkan komunitas yang ada. Misalnya, topik green environment: adakanlah aksi yang sesuai dengan tema itu, banyak hal bisa dilakukan: membersihkan pantai atau jalan-jalan raya dari sampah disesuaikan dengan loakasi acara (lokasi acara misal di Ancol, kerahkan Kompasianers untuk membersihkan area Pantai Ancol, dan saya yakin Kompasianers akan mendukung). Bisa juga dalam wujud gerakan Kompasianers menanam sejuta pohon, ya elah satu bibit pohon berapa sih harganya tapi dampaknya nyata. Not talking only, it's real. Baru bisa mengatakan "Kami untuk Indonesia". Ini hanya sekadar contoh. Tempat dan kegiatan bisa dipilih sesuai dengan tema. Yang penting ada grand idea yang diwujudkan secara real. Ada dampak sosialnya juga. Topik-topik bisa didiskusikan bersama, pokoknya untuk kebersamaan Kompasianers. Bukan diputuskan sepihak hanya untuk kepentingan komersial belaka. Sponsor pun saya kira banyak yang akan mendukung aksi nyata daripada sekadar talkshow. Saya sendiri sudah tiga kali menghadiri Kompasianival: pertama di FX Mall, kedua di Gandaria City, dan ketiga kemarin di Grand Indonesia. Ketiganya di pusat perbelanjaan semua. Mbok ya, sekali-kali diadakan di lokasi yang lebih merakyat gitu sesuai dengan concern atau tema-tema hangat yang lagi berkembang di Kompasiana. Kompasianival tahun ini komunitas hanya dilibatkan di panggung: talkshow sesuai dengan minat dari komunitas itu. Itu pun tidak semua komunitas. Sementara komunitas di Kompasiana ini banyak. Jika ada satu tema aksi yang diusung bersama, komunitas-komunitas ini akan lebih menemukan jati dirinya daripada hanya sekadar talkshow. Bukan juga sekadar pamer eksistensi. Berdasarkan informasi dari para Admin di saat FGD, bahwa Kompasiana saat ini sudah mandiri namun kendalanya Markom dan IT masih di bawah manajemen lama. Mungkin ini kendala utamanya. Ini juga yang mungkin mempengaruhi karakter event Kompasianival. Ke depannya, "Kami untuk Indonesia" atau apapun nanti tema yang diusung, diharapkan lebih real dan harus ada aksi nyata.**[harjasaputra]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H