Mohon tunggu...
Harja Saputra
Harja Saputra Mohon Tunggu... profesional -

http://www.harjasaputra.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Kenali Bahan Bakar yang Anda Gunakan!

15 Mei 2013   11:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:32 1290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada postingan sebelumnya, telah dilakukan uji coba tingkat kehematan konsumsi bahan bakar antara Premium dan Shell V-Power (linknya di sini). Diketahui bahwa Premium memiliki tingkat konsumsi bahan bakar dengan rasio 1:6 dan Shell V-Power 1:10.1 (dibulatkan menjadi 1:10). Artinya, konsumsi mobil sebanyak 1 liter premium dapat menempuh jarak sejauh 6 kilometer dan 10 kilometer jika menggunakan Shell V-Power. Variabel-variabel yang mempengaruhi selain bahan bakar, seperti kendaraan yang digunakan, rute, AC, dan gaya mengemudi dibuat konstan sehingga dapat diketahui perbandingannya secara lebih fair. Uji Coba Shell V-Power dan Premium Berikut ini adalah hasil dari uji coba yang sudah saya tuliskan pada postingan sebelumnya. Saya tampilkan kembali untuk memudahkan perbandingan: [caption id="attachment_243491" align="aligncenter" width="592" caption="Rasio konsumsi bahan bakar dengan Shell V-Power (harjasaputra)"][/caption] [caption id="attachment_243492" align="aligncenter" width="610" caption="Rasio konsumsi bahan bakar dengan Premium (harjasaputra)"]

13685932111563688210
13685932111563688210
[/caption] Pada postingan ini akan dilakukan perbandingan dari bahan bakar Pertamax dan Pertamax Plus. Selain itu, akan dibuat benchmark dari 4 jenis bahan bakar yang dijadikan uji coba. Tahapan uji coba adalah sama seperti pada uji coba sebelumnya dengan metode full tank to full tank fuel. Uji Coba Pertamax dan Pertamax Plus Untuk bahan bakar Pertamax dengan oktan 92 yang saya uji coba diperoleh hasil rasio konsumsi bahan bakar sebagai berikut: [caption id="attachment_243494" align="aligncenter" width="619" caption="Rasio Konsumsi Bahan Bakar Pertamax (harjasaputra)"]
13685934431389583095
13685934431389583095
[/caption] * Rute perjalanan sama dengan sebelumnya: Depok-Pondok Indah-Senayan (dalam kota - pp) Dari gambar di atas diperoleh rasio konsumsi bahan bakar Pertamax sebesar 1:8.6. Lebih tinggi daya tempuhnya sebesar 2.6 km dibanding bahan bakar bersubsidi (premium) atau lebih irit sebesar 43%. Perlu dikemukakan di sini, bahwa pada faktur di atas tertulis Pertamax Plus (Pertamax +), itu karena dengan metode full tank to full tank maka perhitungan jumlah bahan bakar yang dihabiskan harus dilihat dari pengisian berikutnya. Jadi jika di awal diisi dengan Pertamax lalu mobil digunakan dan diisi lagi dengan Pertamax Plus, maka faktur Pembelian Pertamax Plus digunakan untuk melihat seberapa banyak Pertamax yang digunakan. Begitu juga untuk melihat berapa banyak Pertamax Plus yang digunakan maka harus dilihat pada pengisian berikutnya. Jadi bukan terjadi kesalahan input. Berikutnya adalah hasil uji coba dari pemakaian bahan bakar Pertamax Plus, diperoleh rasio sebagai berikut: [caption id="attachment_243495" align="aligncenter" width="612" caption="Rasio Konsumsi Bahan Bakar Pertamax Plus (harjasaputra)"]
13685935221655584227
13685935221655584227
[/caption] Dari gambar di atas terlihat bahwa dengan menggunakan Pertamax Plus (oktan 95) diperoleh rasio konsumsi bahan bakar sebesar 1:9.4. Lebih besar tingkat keiritannya dibanding Pertamax dan Premium. Jika dibandingkan dengan premium maka diperoleh nilai efisiensi sebesar 57%. Kenapa perbandingannya ke Premium? Hal ini untuk meyakinkan bahwa beralih dari bahan bakar bersubsidi ke bahan bakar non-subsidi memiliki tingkat kehematan yang hampir sama bagi pengguna kendaraan. Apalagi jika nanti harga premium naik. Kesimpulan Setelah melakukan uji coba terhadap 4 jenis bahan bakar, berikut ini adalah penilaian perbandingan dalam bentuk tabel: [caption id="attachment_243496" align="aligncenter" width="619" caption="Tabel perbandingan 4 bahan bakar yang diujicoba (harjasaputra)"]
1368593597214330303
1368593597214330303
[/caption] Dari tabel perbandingan di atas, secara keseluruhan (overall) Shell V-Power menempati posisi tertinggi (excellent) dibanding bahan bakar lainnya. Hal ini dilihat dari rasio konsumsi bahan bakar sebesar 1:10.1, disertai keunggulan lain dari aspek pengaruhnya terhadap performa kendaraan seperti tarikan, responsivitas mesin, menjaga mesin agar tetap bersih, dan pelayanan yang prima dari para petugas SPBU Shell. Di SPBU Shell konsumen bisa memperoleh pelayanan yang berbeda, seperti dibersihkan kaca mobil dan pelayanan yang lebih ramah. Ada satu hal yang menarik, apakah ini berlaku bagi seluruh SPBU Shell atau tidak saya sendiri belum mendalami hal ini, yaitu masalah pengembalian uang. Di SPBU Shell diterapkan pembulatan ke bawah. Misalnya, di mesin pengisi tertera Rp.151.890. Maka dibulatkan menjadi Rp.151.500 saja. Sedangkan di SPBU Pertamina pembulatan umumnya ke atas, yaitu menjadi Rp.152.000. Hal ini saya jumpai di 2 SPBU Shell. Bahkan, menurut obrolan dengan teman, memang ia pun sering mengalami perbedaan tentang pembulatan uang kembalian yang sama seperti itu. Ini bukan berarti menjelekkan bahan bakar produksi Pertamina. Bahan bakar Pertamina, seperti dilihat pada tabel di atas, juga memiliki tingkat performa yang hampir setara. Untuk bahan bakar oktan 95 (Pertamax Plus) unggul dari segi harga jual yang terpaut Rp.600 (Shell V-Power) atau lebih murah sebesar 6%. Agar dapat lebih bersaing dengan produksi Shell tentunya harus ditingkatkan lagi kualitas produk dan pelayanannya. Dari perbandingan bahan bakar pada level yang sama, yaitu antara yang beroktan 95 Pertamax Plus dan Shell V-Power, meskipun oktannya sama tetapi diperoleh rasio konsumsi berbeda. Hal ini karena Shell V-Power jika dilihat dari unsurnya adalah 99% memiliki bahan sama dengan yang digunakan untuk balapan oleh Ferrari pada balapan Formula One. Pada setiap balapan Formula One hanya diperbolehkan isi bahan bakar satu kali, sehingga produsen Ferrari yang bekerjasama dengan Shell harus berusaha menciptakan bahan bakar yang memiliki tingkat efisiensi tinggi. Jadi sudah teruji bertahun-tahun di level internasional. Diskusi Uji coba ini memiliki kelemahan sehingga hasilnya belum dapat dikatakan sebagai penelitian yang komprehensif. Di antara kelemahannya adalah, metode pengujian bersifat one-shot measure atau pengujian dengan sekali uji coba. Pengujian yang reliabilitasnya tinggi umumnya dilakukan dengan metode repeated measure (pengujian berkali-kali). Selain itu, uji coba ini belum dapat digeneralisasikan ke bahan bakar lain. Bahan Bakar dari produsen Total misalnya, meskipun oktannya sama yaitu 95, tetapi tidak termasuk dalam cakupan uji coba ini. Tidak dapat digeneralisasikan juga ke kendaraan lain. Karena berbeda spesifikasi kendaraan berbeda juga daya konsumsi bahan bakarnya. Tak kalah pentingnya adalah kondisi kemacetan yang kadarnya berbeda meskipun rutenya sama. Uji coba ini hanya memberikan semacam gambaran umum dari tingkat efisiensi bahan bakar.**[harjasaputra] ---------------- Postingan Sebelumnya: Benarkah Shell V-Power Lebih Efisien

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun