PADA awalnya Islam di jaman Nabi Muhammad SAW hanya satu macam. Namun, sesudah beliau wafat, dalam perkembangannya Islam menjadi berbagai aliran (sekitar 73 aliran). Semua bisa terjadi akibat adanya perbedaan terjemah maupun tafsir. Apalagi kalau dalam menerjemahkan dan menafsirkan memasukkan unsur-unsur kepentingan pribadi, kelompok atau kepentingan politiknya. Maka yang terjadi adalah adanya aliran Islam yang pasif, moderat dan radikal. Ada yang pasif dalam arti masa bodoh, ada yang penuh toleransi dan ada yang sama sekali tidak punya toleransi terhadap golongan di luar golongannya. Semua menyangkut masalah pemikiran. Merupakan konsekuensi berlogika masing-masing golongan. Ciri-ciri umat Islam yang berwawasan sempit 1.Fanatik sempit (Fanatic Logic Error) Merasa bahwa golongannya sendirilah yang paling benar sedangkan golongan lain merupakan golongan yang tidak benar bahkan seringkali bersikap tak bersahabat kepada golongan lain baik secara fisik maupun secara nonfisik. 2.SARA (SARA Logic Error) Tertanam rasa kebencian terhadap suku lain (misalnya kebencian terhadap keturunan Cina), agama lain (misalnya agama nonmuslim), ras/bangsa lain (misalnya kebencian terhadap negara-negara besar seperti Amerika dan negara-negara nonmuslim lainnya) dan antargolongan lain (misalnya terhadap sesama Islam tetapi bukan golongannya).Tingkat toleransinya sangat rendah. 3.Emosional-egosentrik (Emotionally & Egocentric Logic Error) Suka menghujat pihak lain dengan kata-kata : kafir, murtad, dzolim, sesat dan ucapan-ucapan yang tidak etis lainnya. Selalu merasa benar, lebih benar dan paling benar. Bagi mereka, mereka tidak mungkin salah (tanpa didukung argumentasi yang kuat). 4.Anti-negaranya sendiri (Anti State Logic Error) Bersikap memusuhi simbol-simbol negara : Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika maupun NKRI termasuk juga bendera merah putih dan lagu-lagu kebangsaan nasional (Indonesia Raya dan lain-lainnya). Dan tentu saja ingin mengganti Pancasila dengan ideologi mereka sendiri. 5.Fanatik parpol radikal (Fanatic & Radical Party Logic Error) Orang Islam radikal biasanya juga fanatik terhadap parpol yang radikal juga. Walaupun parpol tersebut parpol korup, tetap saja didukungnya. Siapapun caleg/cabup/cagub/capres yang diajukan parpol radikal tersebut tetap akan dipilihnya walaupun tidak berkualitas. Cara memilih pemimpin berdasarkan fanatisme parpol dan tidak atas pertimbangan kualitas. 6.Pengetahuan dan ilmu pengetahuannya sedikit (Knowledless & Scienceless Logic Error) Pada umumnya mereka adalah muslim yang pengetahuan dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya sedikit sehingga tidak bisa menganalisa dan memahami masalah secara komprehensif. Hanya melihat dari sudut pandangnya sendiri yang sempit dan mengabaikan kemungkinan-kemungkinan lainnya. 7.Logikanya dogmatis-pasif (Dogmatic & Pasive Logic Error) Format berpikirnya dogmatis-pasif. Artinya, enggan menerima pendapat pihak lain walaupun pendapat pihak lain itu benar. Mereka tetap menganggap pendapat dan sikapnya yang salah sebagai pendapat dan sikap yang benar. Hasilnya adalah, mereka enggan terhadap perubahan dan kemajuan. Bahkan mereka yang bergelar S1,S2 maupun S3-pun cara berlogikanya tetap dogmatis-pasif. Tidak mau mengakui kebenaran yang lain. 8.Cenderung pemberontak dan radikal (Rout & Radical Logic Error) Mereka cenderung  bersikap pemberontak dan melakukan tindakan-tindakan anarki dan radikal. Mereka tak mengenal lagi arti sebuah etika. Tak faham lagi norma. Tak tahu lagi mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Sejauh mereka yakin tujuannya baik, maka segala cara akan dilakukannya. Tujuan menghalalkan cara. Itulah pola pikir Machiaveliisme. 9.Bodoh dan IQ-nya rendah (Stupid & Low Logic Error) Dan berdasarkan hasil sebuah observasi maupun penelitiaan imiah, rata-rata mereka tergolong orang-orang bodoh dan IQ-nya rendah. Mereka yang tergolong pandai dan IQ tinggi justru menjadi pimpinan mereka yang tiap hari terius membodohi para pengikutnya. 10.Selalu menggunakan metode brainwasing (Brainwashing Logic Error) Di dalam mencari anggota-anggota atau pengikut-pengikut baru, mereka selalu melakukan kegiatan brainwashing (cuci otak) melalui metode-metode ceramah agama, dakwah agama, tausiyah agama dan metode lain yang dilakukan di masjid, di majelis taklim atau di setiap kegiatan keagamaan maupun non-keagamaan. Intinya mereka selalu meyakinkan bahwa Pancasila itu buruk dan tidak sempurna karena Pancasila ciptaan manusia. Mereka selalu meyakinkan Syariah Islam (versi mereka) lebih baik daripada Pancasila karena Syariah Islam sudah sempurna karena diciptakan Allah SWT. Nah, dengan berkedok agama, mereka ingin mewujudkan mimpi-mimpi politiknya agar menang, berkuasa, mendapatkan proyek-proyek besar, memperkaya diri sendiri atau golongannya dan berusaha mempertahankan kekuasaaannya. Kesimpulan 1.Begitulah akibatnya kalau agama Islam dijadikan alat politik dan bukannya sebagai tujuan politik yang mulia. 2.Cara berlogika mereka terlalu sempit. Hariyanto Imadha Pengamat Perilaku Sejak 1973
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H