Mohon tunggu...
Hariyanto Imadha
Hariyanto Imadha Mohon Tunggu... wiraswasta -

A.Alumni: 1.Fakultas Ekonomi,Universitas Trisakti Jakarta 2.Akademi Bahasa Asing "Jakarta" 3.Fakultas Sastra, Universitas Indonesia,Jakarta. B.Pernah kuliah di: 1.Fakultas Hukum Extension,UI 2.Fakultas MIPA,Universitas Terbuka 3.Fakultas Filsafat UGM C.Aktivitas: 1.Pengamat perilaku sejak 1973 2.Penulis kritik pencerahan sejak 1973

Selanjutnya

Tutup

Otomotif

Jakarta: Sistem Ganjil-Genap Harus Didukung E-STNK

23 Februari 2013   21:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   17:49 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Transportasi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Wirestock

TUJUAN Sistem GG (Ganjil-Genap) memang baik, yaitu diharapkan bisa mengurangi angka kemacetan di Jakarta sekitar 40%. Namun memiliki persyaratan yang cukup ketat. Antara lain tersedianya angkutan umum yang secara kualitas maupun kuantitas memadai. Ini bisa dilakukan Pemprov DKI Jakarta. Namun, masalah yang paling sulit dan kurang realistis dilakukan yaitu apabila pengawasannya dilakukan secara manual atau menggunakan tenaga manusia. Sistem stikerpun tidak efektif karena masih bisa diakal-akali karena setiap waktu bisa dilepas dan plat nomor polisipun setiap hari bisa diganti dengan nomor palsu.

Sistem ERP-pun bertujuan baik. Karena, di samping bisa mengurangi kemacetan lalu lintas, juga bisa memberikan pemasukan dana yang sangat besar yang bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur jalan atau keperluan lainnya yang ada relevansinya dengan lalu lintas. Namun, apabila biayanya terjangkau, kemacetan akan tetap terjadi. Sebaliknya, jika biayanya mahal, maka sistem ERP hanya bisa dinikmati para orang kaya, konglomerat dan para koruptor. Membuat tarif yang pas tidak mudah karena kemampuan tiap pemilik kendaraan berbeda-beda. Kesuksesan sistem ERP di Singapura lebih dikarenakan mahalnya pajak kendaraan bermotor dan tidak semata-mata karena sistem ERP itu sendiri.

Kalau memang tujuannya untuk mengurangi kemacetan lalu lintas hingga sekitar 40%, maka sistem GG memang baik. Namun, harus didukung E-STNK (Electronic STNK) berupa card. E-STNK bukan pengganti STNK, melainkan pendamping plat nomor asli. Pembuatannya tidak sesulit E-KTP karena hanya memuat nomor polisi mobil yang bersangkutan. Caranya, tiap kali memasuki pintu gerbang sistem GG, maka E-STNK dimasukkan ke scanner khusus E-STNK. Pintu portal otomatis terbuka dan otomatis tertutup saat kendaraan telah melewatinya. Namun,pembuatan STNK ini membutuhkan waktu sekitar 1 (satu) tahun.Sistem GG dengan menggunakan E-STNK lebih efektif karena tidak membutuhkan personil terlalu banyak. Sistem GG juga harus diimbangi dinaikkannya pajak kendaraan dan tarif parkir yang cukup tinggi di tempat-tempat tertentu (tempat perbelanjaan dan tempat-tempat komersial lainnya) sehingga sistem GG-pun bisa menghasilkan uang walaupun dari sisi lain.

Hariyanto Imadha

BSD Nusaloka Sektor XIV-5

Jl.Bintan 2 Blok S1/11

Tangerang Selatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun