Mohon tunggu...
Hariyanto Imadha
Hariyanto Imadha Mohon Tunggu... wiraswasta -

A.Alumni: 1.Fakultas Ekonomi,Universitas Trisakti Jakarta 2.Akademi Bahasa Asing "Jakarta" 3.Fakultas Sastra, Universitas Indonesia,Jakarta. B.Pernah kuliah di: 1.Fakultas Hukum Extension,UI 2.Fakultas MIPA,Universitas Terbuka 3.Fakultas Filsafat UGM C.Aktivitas: 1.Pengamat perilaku sejak 1973 2.Penulis kritik pencerahan sejak 1973

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Perlu Terjemah dan Tafsir Ulang Al Quran

21 Agustus 2012   08:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:29 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KASUS ceramah Rhoma Irama yang dianggap SARA-pun telah berkembang menjadi diskusi di berbagai media massa.Yaitu tentang An Nisa ayat144 dan Al Maidah ayat 51 tentang kepemimpinan non muslim, kafir dan semacamnya. Kemudian dari beberapa media massa ada beberapa pendapat bahwa di dalam Al Qur'an ada banyak kesalahan terjemahan dan tentu saja penafsirannya. Ada yang bertanya, apa iya sih Alla SWT dan Nabi Muhammad SAW itu rasis? Tentu semuanya menjawab "Tidak". Kalau begitu kenapa muncul terjemahan yang bernama memusuhi suku lain, agama lain, ras/bangsa lain dan golongan lain? Bukankah yang harus dimusuhi umat Islam adalah perilaku yang buruk (apapun suku/agama/ras/bangsa/golongannya)? Apakah semua orang Nasrani dan orang Yahudi buruk dan apakan semua orang Islam itu benar dan suci?

Metode terjemah memang ada beberapa. Namun kualitas terjemahan dan tafsirannya tentu saja juga tergantung kualitas penerjemah dan penafsirnya. Juga tergantung tingkat kecerdasannya, wawasannya,cara berlogikanya,pemahamannya dan bisa juga kepentingan politiknya. Kita harus menyadari bahwa terjemahan yang salah, kurang tepat atau kurang jelas, bisa menimbulkan perilaku terorisme, anarki dan menjadikan umat Islam sebagai umat pendendam.

Oleh karena itu saya mengimbau kementerian agama dan pihak terkait untuk mengaji ulang, menerjemahkan dan menafsirkan ulang terjemahan yang ada di Al Qur'an edisi terakhir ini. Salah terjemah dan salah tafsir bisa mengakibatkan cara berpikir yang salah hingga tujuh turunan. Sebab, umat Islam banyak yang menganggap semua ucapan ustadz adalah benar, lebih benar,paling benar dan selalu benar sampai hari kiamat. Padahal, belum tentu demikian. Minimal ada penjelasan terhadap ayat-ayat yang bisa disalahtafsirkan. Misalnya penjelasan saat kejadian apa ayat itu diturunkan dan apa maksud daripada ayat tersebut. Semoga terjemahan Al Quran tidak mengandung unsur kebencian.

Hariyanto Imadha

BSD Nusaloka Sektor XIV-5

Jl.Bintan 2 Blok S1/11

Tangerang Selatan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun