Mohon tunggu...
Hariyanto Imadha
Hariyanto Imadha Mohon Tunggu... wiraswasta -

A.Alumni: 1.Fakultas Ekonomi,Universitas Trisakti Jakarta 2.Akademi Bahasa Asing "Jakarta" 3.Fakultas Sastra, Universitas Indonesia,Jakarta. B.Pernah kuliah di: 1.Fakultas Hukum Extension,UI 2.Fakultas MIPA,Universitas Terbuka 3.Fakultas Filsafat UGM C.Aktivitas: 1.Pengamat perilaku sejak 1973 2.Penulis kritik pencerahan sejak 1973

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

LOGIKA: Anti Golput Merupakan Sesat Logika

10 Maret 2014   23:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:04 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
FACEBOOK-LogikaAntiGolputMerupakanSesatLogika

ORANG yang faham Ilmu Logika tentua tahu bedanya “hak” dan “kewajiban”. Hak adalah sesuatu yang boleh dilakukan dan boleh tidak dilakukan. Kalau di dalam agama Islam kita kenal istilah “sunnah”. Sedangkan kewajiban adalah sesuatu hal yang harus dilakukan. Tidak ada pilihan lain. Di dalam kehidupan setiap orang punya hak, antara lain hak untuk menikmati jalan-jalan yang tidak macet. Setia orang juga punya kewajiban, yaitu wajib membayar pajak apabila mempunyai objek pajak. Logika hak Hak yaitu pilihan yang dimiliki setiap orang. Yaitu pilihan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Apabila sebuah pilihan bersifat dipakasakan , dipengaruhi atau dimusuki, maka itu merupakan sikap sesat logika. Oleh karena itu hak merupakan kebebasan yang mutlak dimiliki setiap orang, bahkan setiap warganegara. Logika kewajiban Kewajiban yaitu satu-satunya pilihan yang harus dilakukan. Tidak ada pilihan lain. Jika pilihan lain dilakukan maka itu merupakan sikap sesat logika. Oleh karena itu kewajiban merupakan ketidakbebasan yang dimiliki setiap orang, bahkan setiap warganegara. Memaksa tidak golput berarti anti demokrasi Memaksa atau mempengaruhi orang lain untuk tidak golput, di samping merupakan sesat logika, juga merupakan pemikiran yang tidak demokratis. Merupakan sikap pemaksaan kehendak. Merupakan sikap anti demokrasi. Sekaligus anti kehidupan berwarganegara yang baik. Dua kategori  hak dan kewajiban Dua macam hak 1.Hak absolut 2.Hak relatif Ad.Hak absolut Yaitu hak mutlak untuk tidak berubah sikap. Contoh: Karena tidak ada capres yang berkualitas dan tidak ada caleg yang dikenal, maka golput merupakan hak mutlak seseorang yang tidak bisa diganggu gugat. Ad.2.Hak relatif Yaitu hak relatif untuk berubah sikap Contoh: Karena ada capres yang near-benar berkualitas dan ada caleg yang benar-benar berkualitas, maka sikap golput bisa berubah menjadi tidak golput. Dua macam kewajiban 1.Kewajiban absolut 2.Kewajiban relatif Ad.1.Kewajiban absolut Yaitu sikap yang tidak mungkin berubah dan tidak bisa diganggu gugat Contoh Sikap golput bisa merupakan sikap wajib karena ada indikator kuat pemilu akan diwarnai kecurangan-kecurangan. Ad.Kewajiban relatif Yaitu sikap yang bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi yang rasional. Contoh: Sikap golput yang bisa berubah karena diyakini ada capres dan caleg yang benar-benar berkualitas dan bisa dipertanggungjawabkan. Nasehat yang merupakan logika sesat Ada nasehat yang mengatakan: “Pilihlah salah satu yang paling berkualitas dari semuanya yang tidak berkualitas” Contoh: Kalau ada lima capres yang tidak berkualitas, masing-masing Si A dengan nilai 50, B 40, C 30, D 20 dan E 10, maka pilihlah Si A yang punya nilai tertinggi, yaitu 50. Merupakan logika sesat karena semuanya di bawah angka 60 yang berarti “tidak lulus” atau di bawah standar minimal. Memilih spekulatif bisa berarti memilih koruptor Memilih secara spekulatif, berdasarkan ilmu kira-kira, tidak berdasarkan kualitas yang bisa dipertanggung jawabkan, maka bisa berarti berpotensi memilih calon koruptor. Dan merupakan cara memilih yang sesat logika. Logika cerdas golput Antara lain: 1.Kalau tidak ada capres/caleg yang benar-benar berkualitas,atau ada indikator pemilunya curang  maka golput wajib hukumnya. 2.Kalau ada capres/caleg yang benar-benar berkualitas, atau ada indikator pemilunya benar-benar jujur dan bisa dipercaya,  maka golput haram hukumnya. Kesimpulan 1.Dengan demikian, memilih atau tidak memilih merupakan hak setiap warganegara dan bersifat demokratis 2.Memaksa golput untuk tidak golput atau memaksa mereka yang tidak golput untuk golput, merupakan sikap yang sesat logika dan anti demokrasi. 3.Orang yang tidak faham bedanya “hak” dan “kewajiban” adalah orang yang mengalami sesat berlogika. Catatan: Maaf, saya jarang sekali membaca komen-komen. Hariyanto Imadha Pecinta logika terapan Sejak 1973

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun