Mohon tunggu...
Hariyanto Imadha
Hariyanto Imadha Mohon Tunggu... wiraswasta -

A.Alumni: 1.Fakultas Ekonomi,Universitas Trisakti Jakarta 2.Akademi Bahasa Asing "Jakarta" 3.Fakultas Sastra, Universitas Indonesia,Jakarta. B.Pernah kuliah di: 1.Fakultas Hukum Extension,UI 2.Fakultas MIPA,Universitas Terbuka 3.Fakultas Filsafat UGM C.Aktivitas: 1.Pengamat perilaku sejak 1973 2.Penulis kritik pencerahan sejak 1973

Selanjutnya

Tutup

Politik

Politik: Caleg Terpilih Mendadak Kaya Raya, yang Memilih Caleg Tetap Jadi Kere

14 Maret 2014   03:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:58 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SEBAGIAN orang Indonesia memang mudah dikadalin atau dibohongi politisi. Termakan janji-janji sorga. Pendidikan gratis, kesehatan gratis, sembako murah, perbaikan jalan, perbaikan gedung-gedung sekolah yang rusak, akan membangun jalan, memperbaiki infra struktur, meningkatkan kesejahteraan petani-nelayan-pekebun dan buruh, membantu pengusaha kecil, meningkatkan kesejahteraan rakyat dan sejuta janji-janji sorga lainnya. Namun setelah terpilih sebagai wakil rakyat, yang dipikirkan justru kembali modal dan mencari keuntungan atau memperkaya dirinya sendiri. Janji-janjinya sering terlupakan dan kalau ditagih selalu beralasan tidak mendapatkan dukungan teman-temannya di DPR. Caleg terpilih mendadak kaya raya (sekitar Rp 1 M per bulan) Sudah menjadi rahasia umum, tidak ada wakil rakyat yang miskin. Hampir semuanya punya mobil termasuk mobil mewah dan rumah mewah serta deposito bank yang cukup besar. Gaya hidupnyapun bermewah-mewah. Hal itu bisa terjadi karena wakul rakyat atau anggota DPR mempunyai penghasilan resmi ataupun tidak resmi yang cukup besar. Di samping gaji, tunjangan dan penghasilan yang besar, juga mendapatkan berbagai fasilitas lainnya yang bernilai puluhan juta hingga milyaran rupiah. Total penghasilan bisa mencapai Rp 1 M per bulan belum termasuk penghasilan lain-lainnya. Merupakan penghasilan terbesar keempat di dunia. Baca: http://news.liputan6.com/read/518319/rincian-gaji-anggota-dpr-ri-totalnya-mencapai-rp-1-m-per-bulan) Baca: http://www.merdeka.com/peristiwa/ini-rincian-gaji-anggota-dpr-di-indonesia-terbesar-ke-4-sejagat.html). B.Yang memilih caleg tetap jadi kere Kalau caleg terpilih bisa berpenghasilan sekitar Rp 1 M atau lebih per bulan, maka penghasilan para pemilihnya boleh dikatakan tidak ada perubahan, apalagi peningkatan. Ketika harga sembako naik, para anggota DPR ataupun pemerintahpun tidak mampu berbuat apa-apa. Apalagi naiknya harga sembako juga akan diikuti kenaikan harga-harga lainnya. Dan selalu terjadi kenaikan harga BBM, listrik dan lain-lain, pemerintah dan anggota DPR tidak bisa menaikkan penghasilan rakyat. Paling-paling sebagian rakyat cuma dapat BLT.BLSM atau semacamnya yang sifatnya hanya sementara. Paling-paling dapat money politic Rp 50.000 hingga Rp 100.000 per orang. Perbaikan jalan yang juga bernuansa korupsi. Boleh dikatakan tidak ada kenaikan kesejahteraan di kalangan rakyat. Rakyat yang miskin tetap saja miskin. Sangat sedikit undang-undang ataupun kebijakan-kebijakan yang benar-benar pro rakyat, terutama rakyat miskin. Kesimpulan -Bisa ditarik kesimpulan bahwa, caleg terpilih akan menjadi pribadi yang mendadak kaya raya, sedangkan para pemilihnya tetap miskin. Tetap menjadi kere. Pemilu/pilkada terbukti tidak demi kepentingan rakyat, melainkan semata-mata demi kepentingan para politisi. Mereka yang terpilihpun sebagian besar adalah pribadi-pribadi yang sebagian besar tidak berkualitas, malas, suka membolos atau tidur saat rapat maupun sidang. Bahkan, sebagian dari mereka, bermental korup. -Caleg terpilih bisa berpenghasilan Rp 1 M per bulan (bisa lebih) sedangkan para pemilihnya tetap jadi kere. Catatan: Maaf, saya jarang sekali membaca komen-komen. Hariyanto Imadha Pengamat perilaku Sejak 1973

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun