Mohon tunggu...
Hariyanto
Hariyanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Utilitas yang kita rasakan akan lebih terasa jika kita saling berbagi.

Selanjutnya

Tutup

Money

Marilah ber-Syariah, Tinggalkan ber-Konvensional

8 Mei 2016   16:22 Diperbarui: 8 Mei 2016   16:44 1283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Artinya: “Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tiadalah Balasan bagi orang yang berbuat demikian dari padamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”. (QS Al-Baqarah: 85)

Sudah bertahun-tahun lamanya saya hidup di Negara yang penduduknya mayoritas Muslim bahkan katanya menjadi Negeri dengan berpenduduk Muslim terbesar di jagat raya ini, dan bertahun-tahun pula saya menggantungkan nasib hidup pada Negeri ini, mulai dari tanahnya yang saya jadikan pijakan dan sumber penghasilan, langitnya yang saya jadikan atap, sandang, pangan, dan papan, sebagai kebutuhan sehari-hari untuk menyambung hidup selama ini yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu karena saking banyaknya kebutuhan yang diberikan olehnya, sampai-sampai saya merasa bangga karena semuanya yang dibutuhkan sudah dipersiapkannya, sehingga saya pasti dikategorikan sebagai orang yang kufur atau mengingkari semua nikmat yang telah Allah berikan melalui salah satu jalan nikmat-Nya yaitu Negiri ini, tepatnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) apabila saya tidak mensyukurinya.

Akan tetapi, akhir-akhir ini ada banyak hal yang mengganggu fikiranku, sehingga membuatku sulit untuk berfikir jernih lagi di saat melihat kondisi negeriku saat ini, yang pada awalnya saya berfikiran bahwa dengan semua nikmat yang telah Allah limpahkan akan membuat seluruh rakyatnya menjadi bahagia, tentram, dan damai. Namun, ternyata fikiranku melenceng dari realita yang ada bahkan sangat jauh sekali dari jangkauan akal sehat ketika melihat kondisi rakyatnya saat ini. Dengan maraknya Korupsi Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang dilakukan oleh para pejabat kita sendiri, ketidak adilan perlakuan pemerintah terhadap rakyatnya, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, kemiskinan, pengangguran, pembunuhan, pencurian, dan lain sebagainya telah mengubah cara pandangku terhadap negeri ini.

Setelah sekian lama saya merenungkan apa sebenarnya yang menjadi titik permasalahan yang dihadapi oleh negeri ini, maka dari itu saya mendapatkan banyak faktor penyebab dari masalah yang dihadapi seperti masalah ekonomi, politik, hukum, pendidikan, dan lain-lain. Dari sekian banyak permasalahan di berbagai bidang, permasalahan ekonomi-lah yang menarik untuk kita pelajari lebih lanjut, apa gerangan yang ada dibalik kegagalan perekonomian di Negara kita ini, yang mana dengan Sumber Daya Alam (SDA)-nya yang melimpah namun belum mampu untuk sekedar mencukupi kebutuhan rakyatnya sendiri.

Sebagai rakyat, kita harus menyadari posisi kita yang mana harus mengikuti system ekonomi yang diterapkan oleh negeri ini. Dengan system ekonomi konvensional yang sudah diterapkan selama beberapa tahun ini, mau tidak mau kita dituntut juga untuk patuh terhadap system itu walaupun berlawanan dengan ajaran agama Islam yang kita imani. Akan tetapi, akhir-akhir ini para ekonom Muslim di negeri ini sedang gencar-gencarnya menyuarakan system Ekonomi Syariah yang diusahakan untuk menggantikan system ekonomi konvensional yang sudah mengakar selama ini. Sebagai umat Muslim tentunya kita menginginkan menjadi umat Muslim yang kaffah seperti firman Allah SWT. :

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan”. (QS Al-Baqarah: 208).

Maka dari itu, salah satu jalan menuju kaffah ialah menerapkan ekonomi yang berdasarkan Syariat Islam, dan untuk mencapai tujuan itu perlu kesadaran diri dari masing-masing individu Muslim itu sendiri.

Marilah kita sama-sama memperjuangkan ekonomi syariahdan kita tinggalkan ekonomi konvensional, karena system konvensional sudah sangat mengakar di negeri kita sepertinya kelihatan sulit. Akan tetapi, sulit itu bukan berarti tidak bisa, dengan izin Allah dan semangat perjuangan kita memperjuangkan Ekonomi Syariah, mimpi kita untuk ber-syariah dalam ekonomi akan segera terwujud. Wallahu a’lam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun