Wuussshhh.... Suara deru motor berkecepatan tinggi yang mendahului saya pagi itu benar-benar membuat saya terkejut. Sempat sekian detik kehilangan kendali, beruntung saya bisa fokus kembali berkendara. Hampir saja kecelakaan. Itulah kejadian pertama dari dua kejadian yang saya alami beberapa hari yang lalu.
Seperti biasa, saya berangkat kerja. Saya berkendara dengan kecepatan sedang saja, di jalan yang menghubungkan desa/kecamatan tempat saya tinggal dengan kecamatan kota tempat saya bekerja. Jalan yang saya lalui tiap hari ini kebetulan juga menjadi jalur penghubungke kabupaten tetangga. Lalu-lalang kendaraan tergolong ramai, terutama ketika jam berangkat kerja dan pulang kerja.
Pagi itu sekitar pukul 6.35 WIB, lalu lintas memang ramai. Maklum, waktunya orang berangkat kerja dan anak-anak berangkat sekolah. Setelah perjalanan sekitar 3 kilometer dari rumah, saya dikejutkan oleh deru motor berkecepatan tinggi yang “nyalip” atau mendahului. Benar-benar mengagetkan. Sekilas, saya lihat pengendaranya berseragam SMA. Motor anak muda itu mendahului dengan kecepatan tinggi.
Saat itu saya dan beberapa pengendara lainnya memang berjalan agak pelan. Kami sedang mengurangi kecepatan karena di depanada becak yang berjalan dengan kecepatan normal untuk ukuran kendaraan tak bermesin. Dari arah berlawanan kendaraan juga sedang ramai. Karena jalur dua arah, makauntuk mendahului becak tersebut harus dicari momen yang tepat.
Nah, di saat saya dan beberapa pengendara lainnya mengurangi kecepatan untuk mencari momen tepat mendahului becak tersebut, anak muda tersebut tiba-tiba mendahului dengan kecepatan tinggi. Hampir saja dia bertabrakan dengan kendaraan dari arah berlawanan. Dan, “.... ciiiiiiiiiit”” Bunyi gemercitrempun terdengar dan kekagetan pun dialami beberapa pengendara lainnya, termasuk saya.
Pengendara motor dari arah berlawanan bahkan ada yang berteriak memaki-maki anak muda tersebut.Untungnya, semua bisa mengendalikan kemudidan idak sampai terjadi kecelakaan. Benar-benar deg-deg plaaass, pagi itu. Ketidaksabaran pengendara yang hampir berakibat celaka.
Kejadian ini mengingatkan saya pada kejadian serupa yang berujung celaka sekitar setahun lalu di jalur jalan yang sama. Saya dan beberapa pengendara lainnya saat itu mengurangi kecepatan ketika ada seorang ibu yang akan menyeberang. Tiba-tiba seorang pengendara motor mendahului dengan kecepatan tinggi tanpa melihat apa yang ada di depan. Tak pelak “Braaaak”, pengendara motor tersebut menghantam si ibu yang menyeberang.Mengerikan.... Tubuh ibu itu terpelanting memutar, berdarah-darah. Saya yang melihat langsung tabrakan itu sampai saat ini masih “trauma, merinding tak tega” bila mengingat kejadiannya.
Kembali ke perjalanan saya berangkat kerja di pagi beberapa hari yang lalu itu. Ada kejadian kedua yang membuat saya juga agak gelagapan.Setelah kembali tenang berkendara, sekitar satu setengah kilometer berikutnya sebuah mobil berkecepatan tinggi mendahului kendaraan lainnya. Namun kali ini dari arah berlawanan. Mobil tersebut mendahului dan “memakan” habis jalur bagi kendaraan dari arah berlawanan. Memakan jalur dan kebetulan tepat mengarahke saya.
Saya sempat kaget, sedikit panik dan bingung. Mengurangi kecepatan saja tidak cukup untuk mengantisipasi laju kendaraan dari arah berlawanan tersebut. Saya harus minggir dari badan jalan,turun jauh ke bahu jalan yang tidak cukup rata. Karena mendadak, saya sempat kewalahan mengendalikan kendaraan saat membelokkan kendaraan keluar badan jalan. Dan, “Ciiiiiiiiiiiit.... saya pun terpaksa menginjak rem dan turun ke bahu jalan untuk menghindari tabrakan, agar tidak terjadi (ke)-celaka-(an). Untunglah, akhirnya terkendali juga. Tidak terjadi benturan apa-apa..
Sebenarnya, saat itu saya dalam posisi benar. Pengemudi mobil dari arah berlawanan tersebut yang dalam posisi salah. Namun, dalam kondisi di jalan seperti saat itu, saya tidak berpikir benar atau salah. Saya tidak mau membawa-bawa alasan posisi benar dan salah untuk tidak turun ke bahu jalan. Saya (atau mungkin kita semua) pasti lebih memilih selamat dan aman saja. Memilih tidak (ke)celaka(an). Apa gunanya dalam posisi benar tapi celaka, bertabrakan dan luka. Tidak hanya luka, bisa juga berakibat lebih fatal lainnya. Bisa-bisa hilang nyawa. Tidak hanya diri sendiri, tapi mungkin juga beberapa orang lainnya. Jadi, lebih baik mengalah. itu yang terlintas di pikiran saya.
Dua “kejadian” pagi itu cukup memberi pelajaran bagi saya (dan kita semua). Kitaharus bijak dalam berkendara.Ketika ada pengendara lainyang sedang lalai atau lupa, sebaiknya kita waspada. Kita tidak usah terlalumemikirkan apakah kita di posisi yang benar atau salah.Kitalebih baik mengalah agar terhindar dari (ke)celaka(an). Sabar dan mengalah. Utamakan Selamat, bukan utamakan benar atau salah.
____Hariyanto____
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H