Beberapa minggu yang lalu kita sempat dikejutkan dengan keberanian masyarakat yang membakar hingga tewas salah seorang pelaku “Begal Motor” di Pondok Aren, Tangerang Selatan. Akibat aksi massa yang main hakim sendiri itu membuat polisi pun angkat bicara menghimbau masyarakat. "Kami perlu himbau kepada masyarakat, supaya tidak main hakim sendiri yang berakibat tewasnya seseorang," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Martinus Sitompul, di Mapolda Metro Jaya (24/02/2015) sebagaimana dilansir okezone online di http://news.okezone.com/read/2015/02/24/338/1110014/pembegal-dibakar-massa-polisi-jangan-main-hakim-sendiri?.
"Karena dalam hal ini kita negara hukum, kita hormati hukum, kita hormati hak azasi manusia, dan serahkan ke pihak kepolisian yang akan memprosesnya. Jadi, jangan sampai main hakim sendiri, lalu kejadian ini jangan terulang kembali," sambung Kombes Pol Martinus Sitompul.
Sayang-nya himbauan tersebut seakan-akan hanya masuk di telinga kanan dan keluar di telinga kiri, Karena selang beberapa hari kemudian (01032015) di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, seorang pelaku “Begal Motor” diamuk massa ketika sedang beraksi. Begal motor itu meskipun tak dibakar, namun massa menghajar hingga kritis, dan akhirnya tewas di rumah sakit.
Akan tetapi efek pembakaran dan pengeroyokan begal motor itu sungguh luarbiasa. Polda Metro Jaya langsung menggelar operasi skala besar-besaran memberantas aksi Begal Motor dan Premanisme serta aksi kejahatan lainnya, dan dalam waktu hanya berapa hari saja mereka berhasil menangkap 244 orang pelaku kejahatan, termasuk begal motor. Bukan itu saja, semua jajaran kepolisian di pulau Jawa melakukan operasi serupa untuk membasmi begal motor.
Tapi Itu kejadian di Pulau Jawa, lalu bagaimana dengan situasi dan kondisi di Kota Makassar, yang belakangan ini popular di dunia maya dengan hastag #MakassarTidakAman, #SaveMakassar dan #MakassarHarusAman. Memang pernah ada pemberitaan mengenai koordinasi dan kerjasama Pemkot Makassar dengan pihak Kepolisian dan TNI untuk mengamankan Kota Makassar dari aksi para “Begal Motor” yang lebih banyak menyaru sebagai “Geng Motor”.
Akan tetapi hingga hari ini, belum terdengar bagaimana bentuk rupa operasi yang akan dilakukan, karena masih adem ayem saja. Atau mungkin mereka sendiri tidak pernah merasakan bagaimana sangar dan ganasnya bila Geng Motor itu beraksi. Dengan bersenjatakan busur, parang dan badik mereka berani merampok mini market, merampas motor dan melukai orang-orang, dalam kenyataannya sudah ada korban jiwa yang melayang gegara aksi Geng Motor ini.
Terakhir Pangdam VII Wirabuana, Mayjen TNI Bachtiar pada hari Jum’a (06032015) mengeluarkan pernyataan “Jangan buat pencitraan negatif Makassar. Buat pencitraan positif karena Makassar ini maju dan aman-aman saja,” sebagaimana dilansir Fajar Online http://fajar.co.id/fajaronline-sulsel/2015/03/06/pangdam-hentikan-pencitraan-negatif-makassar.html. Pantas saja, tak ada aksi nyata dan kabar-kabari sudah berapa orang anggota Geng Motor di Makassar yang ditangkap dan diadili selama ini, karena Makassar masih dianggap aman oleh orang-orang yang seharusnya membuat Kota Makassar menjadi aman.
Dan sekarang “Begal Motor” mulai merevisi target, kali ini sasaran tembak mereka lebih mengincar Kaum Hawa, sebagaimana dilansir Rakyat Sulsel Online di http://rakyatsulsel.com/awas-pelaku-begal-kini-incar-perempuan.html. Oleh karenanya kaum hawa harus lebih hati-hati plus waspada jika bepergian, sebab para Begal Motor bakalan menjadikan kaum hawa sebagai sasaran utama ketika beraksi, bukan hanya di pulau Jawa, kemungkinan besar di Kota Makassar juga.
Kalau sudah begini, jangan salahkan bila masyarakat yang akan bertindak sendiri dan akan main hakim sendiri terhadap anggota Geng Motor bila kedapatan melakukan aksi kejahatan. Tak ada lagi penghormatan hak azasi manusia atas mereka, sebagaimana yang dikatakan Kombes Pol Martinus Sitompul.
Pertanyaannya, mana yang harus diprioritaskan, hak azasi Begal Motor dan Geng Motor atau hak azasi masyarakat banyak alias penduduk Kota Makassar. Lagipula Begal Motor dan Geng Motor itu sudah tidak menghargai lagi akan hak azasi warga lain untuk hidup, buktinya mereka kemana-mana selalu membawa badik, parang dan busur serta samurai. Untuk apa semua senjata tajam itu, kalau bukan untuk melukai dan membunuh para korbannya.
Bilasaja suatu hari nanti ada anggota Geng Motor di Makassar yang dihakimi oleh masyarakat, entah dihajar sampai mati atau dibakar sampai hangus, maka berarti itu adalah akumulasi bentuk kekecewaan akan tiadanya aksi nyata dari pihak-pihak yang seharusnya membuat masyarakat menjadi nyaman, aman dan tenang hidup dan tinggal di Kota Makassar.
Memang benar bahwa masyarakat dilarang main hakim sendiri, sebaiknya menyerahkan anggota Begal Motor dan Geng Motor yang tertangkap ke aparat keamanan untuk diproses. Akan tetapi hampir tak pernah ada terdengar anggota Begal Motor dan Geng Motor yang diproses dan kemudian dihukum sekian tahun, kebanyakan berita yang ada bahwa mereka kemudian dibebaskan, dengan alasan tak cukup bukti dan masih di bawah umur. Di situlah terkadang saya merasa sedih :-(
Bila situasi dan kondisi ini terus menerus terjadi, akan menjadikan masyarakat menjadi bosan dan jenuh serta selalu dihantui perasaan was-was saat bepergian, dan demi hidup yang lebih tenang, aman dan nyaman serta terbebas dari Begal Motor atau Geng Motor, maka apa boleh buat aksi main hakim sendiri, menghajar atau membakar hingga mati terpaksa harus dilakukan. Mohon maaf pak Walikota Makassar, Pak Polisi dan Pak TNI, tolong jangan salahkan masyarakat bila hal itu dengan sangat terpaksa harus dilakukan oleh mereka.
#SaveMakassar, #MakassarHarusAman, #MakassarTidakAman
Tabe' salama' ki'
Keep Happy Blogging Always, mari ki' di' :-)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H