Mohon tunggu...
Hari Yadi
Hari Yadi Mohon Tunggu... -

PhD Student in Tohoku University,\r\nUniversitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jika Prabowo dan Jokowi "Mutung" Nggak Mau Dipilih Jadi Presiden

20 Juni 2014   08:09 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:02 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jika Prabowo dan JokoWi "MUTUNG" nggak mau dipilih jadi presiden.

“Sumimasen de sundara keisatsu wa irane ! “

すみませんで済んだら警察はいらねぇ!

Kata2 diatas amat populair dalam masyarakat Jepang., yang artinya kalau semua urusan bisa selesai dg minta maaf,, apa gunanya polisi”

Kalimat ini sering keluar dari orang Jepang manakala mendapat perlakuan tidak adil atau orang lain melakukan kesalahan terhadap dirinya.

Saya punya pengalaman buruk tahun 2012 di Sendai, ketika hujan salju dan suhu dibawah nol yg mengakibatkan jalanan membeku. Ketika itu saya mengendarai mobil dan menabrak mobil didepan saya. Saya turun dan minta maaf berkali2 dg bahasa yg halus dan sopan. Namun orang Jepang yg saya tabrak ini tersenyum saja sambil mengangkat telpon terus menghubungi polisi. Setelah polisi melakukan pemeriksaan dan membuat berita acara, kami saling pamit dan bersalaman.. Namun beberapa hari kemudian ada klaim dari bengkel yg besarnya sangat gila2an, padahal rusaknya hampir dibilang tidak ada, karena saya mengendarai mobil amat pelan waktu itu. Tagihannya 45 man yen atau Rp 46 juta. Belum termasuk beaya rumah sakit orang tersebut selama 10 hari dan selama dia di rumah sakit saya harus ganti gaji nya karena tidak bisa bekerja. Wah,,, sepertinya tidak adil yaa.

Tunggu dulu,,,,,pada tahun 2008 ketika saya mngendarai mobil di Osaka, saya ditabrak oleh kakek2 dari samping mengenai pintu mobil saya. Waktu itu saya mengendarai mobil Toyota Cynos yg sudah jelek.. Kakek itu menghampiri saya mundhuk2 dan membungkukkan badannya berkali2 minta maaf kepada saya,. Kemudian polisi datang dan memprosesnya. Beberapa hari kemudian ada telpon dari perusahaan asuransi orang yg menabrak saya itu untuk memperbaiki atau mengganti mobil saya. Saya kaget, bukannya saya sudah maafkan waktu itu. Kemudian saya diminta datang ke kantor polisi untuk dimintai beberapa keterangan yg menyangkut keputusan yg akan dijatuhkan kepada orang yg menabrak saya itu. Lebih lanjut polisi membacakan hak2 saya diantaranya adalah perbaikan mobil sampai 43 man atau Rp 40 juta an. Plus beaya rumah sakit dan gaji selama saya tidak bisa bekerja. Padahal harga mobil saya tidak sampai 20 man yen.

Yang membuat saya terkesan adalah ketika polisi itu menanyakan kepada saya ,” kira2 hukuman apa yg pantas bagi orang yg menabrak anda itu.?”.Saya bilang CUKUP, orang ini saya maafkan dan saya tidak menuntut apa2 lagi.setelah hak2 standar saya dipenuhi.

Dari dua kasus diatas ada beberapa pelajaran yg menarik antara lain : Kesetaraan hukum tanpa memandang siapa pelakunya , yang kedua soal standar perlakuan hukum oleh Polisi sebagai penegak hukum di Jepang.

Menanggapi kasus “Penghinaan Wimar terhadap Muhammadiyah “, seyogyanya polisi bertindak professional sesuai standar hukum yg berlaku, baru setelah itu permintaan maaf dari Wimar sebagai bahan pertimbangan tersendiri.

Siapapun pelakunya, apakah itu menghina Joko Wi atau menghina Prabowo, sama saja , harus diberlakukan hukum standar yg sudah disepakati.

Sayangnya sekarang yg berkembang di masyarakat adalah : lempar isu dulu, ntar minta maaf belakangan nggak papa kok, seolah2 kalau sudah minta maaf habis perkara, padahal isu itu telah menyebar dengan cepat kemana-mana dan membunuh yg difitnah.

Tinggal di Negara dimana Polisi nya professional seperti ini siapapun orangnya akan mendapatkan rasa aman.

Prabowo maupun JokoWi yg jadi presiden nanti, mudah2an mampu menciptakan kondisi rasa aman seperti ini. Biarkan mereka berdua bersaing secara sehat, jangan di olok2 atau diungkit2 kejelekannya, karena keduanya punya kelemahan. Kita evaluasi saja kebaikannya masing2 dari mereka.

Saya malah khawatir kalau terus2an di olok2 Joko Wi dan Prabowo tak tahan lagi,,,terus “MUTUNG” dan pada tanggal 9 Juli nanti nggak mau dipilih gimana ,,,????  kan kita juga yg repot,,,.

Salam Jari Jempol-

-- dari yg merindukan persahabatan seperti sebelum masa kampanye--

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun