Di sini kita melihat karir politik Prabowo Subianto dari seorang pendukung Suharto, berpindah menjadi pendukung Megawati, putra Presiden Sukarno lalu berganti bersekutu dengan Habib Rizieq dan kini dengan Joko Widodo seorang Soekarnois.
Ganjar Pranowo.
Karir politik Ganjar Pranowo bisa kita lacak dari rekam jejak sesuai pengakuan Ganjar sendiri dalam berbagai kesempatan bahwa dia sejak mahasiswa telah bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), waktu itu belum ada kata "Perjuangan". Ketika Megawati mendirikan PDI Perjuangan Ganjar mengikuti arah Megawati sebagaimana sebagian besar kaum nasionalis pengagum Bung Karno.
Ganjar kemudian berhasil menjadi anggota DPR RI selama dua periode dengan kendaraan PDI-Perjuangan. Setelah itu Ganjar berhasil pula menjadi Gubernur Jawa Tengah juga selama dua periode bersama PDI Perjuangan.
Ketika ada kabar koalisi antara Golkar, PPP dan PAN, 2021 banyak yang beranggapan bahwa koalisi itu untuk menampung Ganjar Pranowo yang elektabilitasnya tinggi namun tidak segera dicapreskan oleh PDIP. Koalisi ini pun mencoba untuk "menggoda" Ganjar Pranowo agar mau bergabung. pada kenyataanya Ganjar Pranowo tidak tergoda ia, tetap memilih bersama PDIP.
Ketika Ganjar Pranowo di "kuyo-kuyo" oleh rekan separtainya yang disebut dengan istilah "kemajon" dan disindir sebagai pemimpin medsos, Ganjar Pranowo tidak pernah balik menyerang partainya. Gubernur Jawa Tengah itu tetap tunduk dan patuh kepada pimpinan PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
  Dari rekam jejak ini, Ganjar Pranowo sejak mahasiswa, berkarir sebagai anggota DPR RI, sebagai Gubernur Jawa Tengah menempuh jalur yang linier, satu garis lurus: nasionalisme. Ia tunduk pada ajaran Bung Karno, tunduk pada putri Bung Karno, Megawati Soekarnoputri, tunduk pada putra ideologis Bung Karno: Joko Widodo.
Konsistensi Rekam Jejak
Sesuai dengan anjuran Anies baswedan kita harus melihat rekam jejak pemimpin sebagai suatu kenyataan politik, bukan dari tuduhan lawan. Dengan logika ini, marilah kita lihat rekam jejak tiga bacapres dalam hal konsistensi afiliasi politik atau patron politik. Celakanya afiliasi politik ini sedikit banyak merepresentasikan ideologi politik mereka masing-masing.
Jika kita lihat Anies Baswedan maka, bisa dilihat bahwa tidak ada kepastian dengan siapakah Anies akan bekerjasama jika kelak memenangkan Pilpres? Apakah Anies akan tetap setia dan terus bersama Surya Paloh, atau akan menggandeng kembali Rizieq Shihab? Apakah Anies Baswedan akan kembali kepada Prabowo Subianto ataukah kepada Joko Widodo? Tidak ada kepastian, tidak ada rekam jejak dari Anies Baswedan sebagai orang yang setia dan konsisten dengan ideologi Pancasila. Ini adalah kenyataan bukan tuduhan.
Begitu pula pertanyaan besar akan menggantung kepada Prabowo: apakah mantan Danjen Kopassus ini akan terus memuja Jokowi sebagai guru politiknya, seperti yang terus dilakukan sekarang ini? Apakah akan rujuk kembali kepada Rizieq Shihab? Tokoh terakhir ini pernah dijanjikan oleh Prabowo akan dijemput dari Arab Saudi jika ia menjadi presiden, Apakah Prabowo akan balik bekerjasama dengan Habib Rizieq atau kembali ke Cendana?, keluarga besar mantan istrinya. Lalu bagaimana program Pemerintah Jokowi yang bersih-bersih dengan keluarga Cendana, apakah akan diteruskan oleh Prabowo atau tidak? Apakah Prabowo akan tetap setia pada Pancasila, atau bermain mata dengan pendukung Khilafah Islamiyah yang dulu bahu membahu bersama.Â