Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawannya. Demikian bapak bangsa pernah berkata. Memang seharusnya sebagai bangsa yang besar jangan melupakan sejarah. Jangan melupakan bagaiamana perjuangan ayah, kakek, buyut kita di zaman dahulu dalam membangun republik ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, sudah sepatutnya kita bangga sebagai bagian dari rakyat Indonesia yang didirikan dengan perjuangan disertai cucuran keringat dan darah dari para pahlawan kita. Kita harus bangga menyatakan diri kita sebagai orang Indonesia dimanapun berada. Apalagi sejarah mencatat berbagai torehan prestasi bangsa di berbagai belahan dunia, dengan kemerdekaan yang diperjuangkan adalah prestasi terbesar menurut saya.
Jadi tidak selayaknya, kita sebagai anak bangsa malu terhadap jati diri kita apalagi sampai ‘merendahkan’ dan menghina bangsa sendiri. Jika ini dilakukan, sama saja kita telah ‘mengkhianati’ perjuangan bapak-bapak bangsa pendahulu kita dalam menegakkan republik ini.
Memang tidak bisa dipungkiri, kita sebagai manusia terkadang sering khilaf, termasuk saya sendiri. Melihat kondisi bangsa, terutama politik dan tata kelola pemerintahan yang masih sangat jauh (menurut saya) dari ekspektasi masyarakat terkadang menimbulkan berbagai ‘gejolak’ sehingga muncul berbagai ungkapan-ungkapan yang terkesan merendahkan bangsa sendiri. “Biasalah namanya saja Indonesia, coba di negara lain pasti tidak begini”. “Yah…begitulah kualitasnya..buatan Indonesia ya begitu, makanya beli dong yang made in bla bla bla….”. Begitulah beberapa ungkapan yang mungkin pernah didengar bahkan diucapkan diri sendiri, yang intinya terkesan merendahkan bangsa sendiri.
Beberapa waktu lalu, saya membaca berita di okezone.com dengan judul berita yang menurut saya cukup ‘tendensius’ yaitu “Jero Wacik: Orang Indonesia Kreatif “Mencuri” BBM Subsidi” ==> http://economy.okezone.com/read/2013/06/18/19/823642/jero-wacik-orang-indonesia-kreatif-mencuri-bbm-subsidi<==. Pernyataannya menurut saya mungkin untuk "mengingatkan" oknum pelaku penimbunan bbm bersubsidi. Dan jika didalami mungkin bermaksud baik. Namun pernyataannya yang menyebut "orang Indonesia" seolah sama saja meng-generalisir bahwa semua orang Indonesia mempunyai perilaku sebagaimana yang disampaikannya tersebut. Sebagai orang Indonesia, saya cukup ‘tersinggung’ dengan pernyataan tersebut karena secara tidak langsung sama dengan ‘menuduh’ saya berperilaku sebagaimana disebutkan. Pernyataannya tersebut sama dengan mengatakan bahwa orang Indonesia itu semuanya “pencuri” !.
Saya rasa dengan kapasitasnya sebagai pejabat negara tidak pantas untuk mengeluarkan statement yang terkesan merendahkan tersebut. Sebagai pejabat publik, dia harusnya berusaha mendapatkan ‘legitimasi’ dari publik bukan malahan melukai perasaan publik/bangsa Indonesia. Jangan mentang-mentang memiliki kuasa, sebagai pejabat, dia seenaknya mengeluarkan pernyataan yang bersifat menuduh. Membuat statement yang tendensius!. Sebagai pejabat negara/publik, yang bersangkutan harusnya bisa memberikan contoh kepada masyarakat/rakyat Indonesia bagaimana seharusnya menghargai bangsa sendiri. Karena jika bukan kita sendiri yang menghargai bangsa kita siapa lagi?.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H