Mohon tunggu...
Haritz Bagus
Haritz Bagus Mohon Tunggu... -

Pelancong susunan kalimat sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I

9 Februari 2012   09:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:52 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Melihat burung terbang dengan bebas dan lepas menerjang angin lembut adalah hal yang sungguh menyenangkan.

Tapi yang menyedihkan, kemana dia akan terbang dan mendaratkan kaki-kakinya mencengkeram kuat pada suatu pijakan? Pohon dengan ranting kuat? Pohon dengan daya topang yang lemah? Atau mungkin di tanah yang penuh bebatuan? Dia sendiri yang menentukan.

Hari ini, seperti dua hari yang telah terlewati, masih dengan perasaan yang sama. Memandang dengan penuh ketidakbiasaan. Senyummu selalu menarikku lebih untuk tetap memandangnya habis.

Tutur kata polos tanpa proses editing selayaknya reality show yang mengalir apa adanya dari mulut manismu.

I, iya... Entah sampai kapan aku tetap mampu memendam apa yang ada.

I, indah paras yang telah termiliki lain insan membuatku semakin tak mampu memungkiri yang terjadi.

I, inilah aku dengan ketidakmampuanku, kegagalanku untuk tidak mencintaimu.

Jika aku diijinkan memutar waktu, aku tak ingin memutarnya mundur untuk dapat berkenalan denganmu lebih dulu daripada dia. Namun, aku akan memutar waktu maju dengan cepatnya, dan melihat senyum bahagiamu...

...di pelukanku.

With love,

Me

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun