Mohon tunggu...
Harits Luqmanul Hakim
Harits Luqmanul Hakim Mohon Tunggu... -

Cimahi, Kab, Bandung barat | 085795539511 | Computer and Programing | Basketball & Football

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pahit Manisnya Jalan Menulisku

10 Oktober 2014   21:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:34 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pahit manisnya jalan Menulisku

Awal menulis dan awal kegagalan

Namaku Harits Luqmanul Hakim seorang pelajar yang masih masih duduk dikelas 10, pertama kali aku menulis adalah melulis buku diary sehari – hari. Pada saat aku masih SMP kelas 7, namun tak disangka aku jatuh cinta dengan membaca dan tulis menulis. Aku terinspirasi dengan kata – kata “Dari membaca 1000 puisi terbit 100 puisi, dari membaca 100 artikel terbit 10 artikel, dan dari membaca 10 novel terbit 1 novel”. Aku terlahir dikeluarga seorang penulis dan ahli agama, ayahku Nasin Elkabumain selalu mengajariku bagaimana cara menulis dan mengikutkanku ke lomba. Lomba menulis pertama kali yang aku ikuti adalah lomba di SMP, tak disangka aku selalu memenangkannya 3 kali berturut – turut sepanjang tahun. Pada saat aku kelas 8 ayahku mencoba mengikutkanku ke Lomba Menulis Surat Remaja Nasional 2013 yang di adakan oleh kemendikbud di Jakarta, aku mulai menulis dengan keadaan yang sangat sulit karena saat itu SMP sedang mengadakan ujian akhir semester, namun dengan segala usaha dan dukungan dari ayah dan teman – teman aku mencoba untuk menselesaikan surat yang aku tuju ke menteri perhutanan indonesia yang berkaitan dengan air di daerah kampung halamanku Kebumen. Akhirnya aku kirim surat itu ke panitia lomba untuk di nilai. Peserta lomba mencapai 1035 penulis muda. Beberapa hari kemudian namaku keluar di daftar 6 besar yang akan mengikuti pembekalan dan pelatihan menulis surat untuk pergi ke Swedia untuk mengikuti lomba menulis surat remaja di tingkat internaional. 3 hari mengikuti pembekalan akhirnya aku melaksanaan lomba 6 besar yang akan di ambil juara 1 untuk mewakili Indonesia ke Swedia. Namun apa daya aku gagal meraihnya aku juara harapan 3 dan mendapatkan piala dan uang saku 1 juta, uang itu untuk membiayai sekolahku. Aku pulang dengan kekecewaan namun ayahku mengajariku apa arti dari kesalahan dan seberapa besar pentingnya kesalahan.

Kemenangan yang tertunda

Saat aku kenaikan SMP kelas 9 keluargaku mengalami kesulitan ekonomi karena orang tuaku harus memasukkan 5 orang anaknya termasuk aku ke sekolah atau tahun ajaran baru. akhirnya aku mencoba lagi dengan mengikuti lomba cerpen nasional yang di adakan oleh PATABA. Aku kirim surat itu dengan penuh percaya diri, ku lihat internet setiap hari untuk melihat hasil penilaian. Akhirya hasil penilaian itu keluar dan aku sangat terkejut ketika melihatnya kali ini namaku ada dipaling atas saat aku lihat ke bawah ternyata semuanya SMA dan hanya aku sendiri yang masih SMP. Hadiah dikirim oleh juri ke rekening ayahku sebesar 2 juta rupiah meski tidak banyak namun uang itu mampu meringankan beban orang tuaku untuk menambah biaya sekolah. Saat itu uang yang aku peroleh habis semua untuk membayar sekolah adik – adikku sedangkan aku sendiri belum dapat membayar ke uang sekolah. Saat di sekolah tiba – tiba saja kepala sekolah memangilku, dengan rasa tegang dan takut aku menghampiri kepala sekolah aku berpikir ini karena aku belum bayar sekolah namun dengan senyum senang kepala sekolah berkata “Harits sesuai dengan ketentuan Harits mendapatkan beasiswa SPP selama kelas 9 karena juara satu tingkat nasional” dengan senang hati aku menerimanya dan memberi tahu apa yang aku dapat ke ayah dan ibuku. Pengalaman ini tidak pernah ku lupakan kegagalan di awal adalah kemenangan yang tertunda. Tidak puas dengan itu aku terus mencari lagi lomba – lomba yang dapat aku ikuti, aku banyak mengirim artikel, karya ilmiah, puisi, bahkan novel namun semuanya tidak berhasil. Pada akhirnya suatu saat aku menemukan lomba nasional yang diadakan oleh LDK salim UNJ. Kali ini lomba yang aku ikuti adalah mengusulkan orang yang aku anggap paling berpengaruh dalam mengajarkan dan menyebarkan islam kepada masyarakat, tidak panjang lebar aku mengusulkan ayahku sendiri ke dalam artikel yang aku buat. dengan optimis aku kirim karya tulisku ke panitia. Tak disangka lagi namaku dan ayaku keluar sebagai 20 besar dan panitia meminta peserta membuat video wawancara terhadap pengusul dan mempublikasikannya di YouTube. Setalah mempublikasikan hasil wawancara di YouTube akhirnya aku dan ayahku menjadi 7 nominasi pengajar dan pengusul terbaik indonesia versi LDK salim UNJ. Setiap uang yang aku dapat dari menulis itu untuk biaya sekolah karena ilmu bagiku adalah yang terpenting bagi seorang penulis.

Impianku menjadi seorang Penulis dan usahaku membudayakan menulis

Aku mempunyai impian menjadi seorang penulis internasional dan membuat buat buku terbaik seperti penulis – penulis terkenal. Seiring kemajuan teknologi seharusnya kita tidak meninggalkan tulis menulis namun menggunakannya untuk membagikan dan mempertahankan budayatulis menulis yang sudah menjadi awal dari adanya ilmu – ilmu yang penting didunia. Tanpa tulis menulis kita tidak akan mengenal dan tidak dapat membaca apapun. Dengan adanya internet kita lebih mudah dalam mecari informasi dan menyebaran buku terbitan. dengan adanya rasibook.com kita dapat lebih mudah menjadi seorang penulis dan menerbitkan buku kita dapat memulainya dengan melihat http://www.rasibook.com/tentang-kami.html .

Menjadi seorang penulis itu tidaklah sulit, dari membaca kita dapat membuat dari membuat kita dapat menerbitkan. Seorang penulis pernah berkata kepadaku menjadi penulis tidak perlu pintar atau ranking 1 namun percaya diri dan usaha nomor 1 yang terpenting. Ayo budayakan menulis dan membaca, karena buku adalah sumber ilmu dan ilmu harus di tulis dalam sebuah buku oleh seseorang penulis. Penulis tidak membutuhan batasan umur, IQ yang besar atau uang banyak, siapapun bisa menjadi penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun