Mohon tunggu...
Haris Xyz
Haris Xyz Mohon Tunggu... -

penggemar rawon, rujak cingur dan kikil.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

SIM: Ubah Syaratnya Donk ..

24 Februari 2010   10:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:45 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Waktu anak saya (Gaby,15 th) kelas 3 SMA, menghadapi masa-2 ujian, dia mengalami kecelakaan lalu lintas.   Tabrakan sepedamotor.  Padahal kami orangtuanya sedang berada di luar kota..   Kami sedih dan prihatin sekali, dia babak belur, dagunya dijahit,  sepedamotornya rusak, HPnya pecah, istirahat seminggu.  Untung saja waktu itu banyak teman-2 dan tetangga yang menolongnya.  Memang suasana lalu-lintas di Jogjakarta demikan 'teruk' nya.   Saya jamin deh orang yang baru nyetir mobil di Jogja, pasti kesulitan.    Perlu adaptasi.


Kenapa si Gaby kecelakaan?


Ternyata saban hari dia menempuh perjalanan yang amat panjang utk pulang-pergi dari rumah ke sekolahnya.   Kami tinggal di dekat stadion Sleman, sedangkan sekolahnya dekat bonbin Gembiraloka sana.   Kalau mengikuti rute normal sih ya tidak terlalu jauh, masalahnya si Gaby ini harus berputar-putar menghindari lokasi-lokasi yang sering dijadikan tempat 'razia sepedamotor', karena dia belum punya SIM.


Batas usia untuk memiliki SIM adalah 16 tahun, sedang si Gaby ini belum cukup umur, tapi terpaksa kami ijinkan naik sepedamotor, karena hanya itulah alat transportasi yang paling layak.    Kalau pakai taxi ya jelas boros sekali, pakai bus?    wah edan pho ...?   nunggunya saja dua jam baru ada yg lewat, itupun harus gonta-ganti bus, kadang harus bergelantungan lagi.


Gaby ini, umur 15 th, tapi tinggi badannya sudah 165cm, beratnya waktu itu 65 kg, jadi sosoknya tinggi besar.  Sudah bisa naik sepeda motor dengan baik sejak lulus SD.   Dan pernah saya latih untuk mengikuti ujian SIM (praktek), bareng kakaknya yg sudah 16 th.   Dan si Gaby ini menurut saya sudah layak utk dapat SIM, bila diuji pasti lulus.  Masalahnya ya umurnya saja.  (* kakaknya lulus dalam mengikuti ujian SIM baik teori maupun praktek *)


--ooOOoo--


Kalau kita perhatikan, di Jogjakarta khususnya, banyak sekali anak sekolah yang menggunakan sepedamotornya ke sekolah, bisa dilihat seragam-nya.   Biru-putih, artinya SMP, Abu-2-putih artinya setingkat SMA.     Maka saya berani mengambil kesimpulan, bahwa mayoritas anak-2 itu tidak memiliki SIM (yg resmi).  Usia anak-2 SMP rata-2 14 tahun lah.    Anak SMA paling yang sudah kelas III yang lebih dari 16 tahun.     Jadi artinya terjadi pelanggaran massal.


Sedangkan yang sudah memiliki SIM, pernah saya teliti secara kasar di dua ruang kelas, ternyata 90% memperolehnya dengan cara nembak (2002), artinya tanpa  ujian, hanya beli saja.   Kenapa menembak? salah satu alasannya umurnya belum cukup.


--ooOoo--


Jadi saya punya uneg-uneg begini,  bagaimana kalau batas bawah usia kepemilikan SIM diturunkan menjadi 14 tahun, lalu ditambahkan syarat tinggi badan minimal 155 cm.   Dan diberi syarat tambahan harus lulus psikotest utk meneliti kematangan emosionalnya.    Selain juga tetep ada ujian praktek dan ujian tertulis.


Hal ini utk menghindari ketidakpemilikan SIM dan 'SIM nembak' tadi dan lebih-2 lagi menghindari kemungkinan terjadinya kecelakaan.


salam kompasiana ...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun