Mohon tunggu...
Haris Xyz
Haris Xyz Mohon Tunggu... -

penggemar rawon, rujak cingur dan kikil.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Makan (1)

13 Maret 2010   09:12 Diperbarui: 6 Juli 2015   04:35 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Makan untuk hidup, hidup untuk makan

Biasanya makan dilakukan kalau lapar. Jadi kalau lapar ya makan, bukan tidur, gitu....

Menurut saya, 'makan' ini ada beberapa jenis, yang pertama 'makan' karena memang untuk mengeliminir rasa lapar. Ini makan betulan. 'Makan' jenis ini, biasanya porsinya 'sesuai kebutuhan', kalau tinggi besar dan olahragawan seperti saya (saya bohong, bukan olahragawan ding), maka butuh makan banyak sekitar 4000 kal utk makan siang, dengan menu yang seimbang, 4 sehat 5 sempurna 6 teler, hehehe. Kalau pas di rumah (bukan dirantau atau di kantor), maka saya pasti makan masakan 'rumah' dan ada 'ritual'-nya.

Kalau di rumah saya, maka didahului dengan doa, lalu semua anggota keluarga ambil nasi secukupnya, plus lauk-pauk dan sayur, dan ada aturan isi piring tidak boleh luber, harus 'sopan' volumenya.  Jangan sampai teman makan di hadapan kita nggak kelihatan, tertutup gundukan nasi ...walah, ini terlarang di rumah saya. Juga menggunakan perangkat makan antara lain sendok dan garpu.   Pisau tidak! itu utk makan buah sesudahnya.   Makan dengan tangan kosong juga diperbolehkan asal memang sesuai dgn menunya, kan nggak mungkin makan rawon tanpa sendok, ya kan?

Makan jenis pertama ini, tentu berbeda-beda si setiap keluarga, mungkin berbeda aturannya, tata-caranya, tergantung banyak hal, misalnya tempat/lokasi, budaya, adat-kebiasaan, pendidikan keluarga (dari ortu dulu) dlsb. Saya pernah 'kikuk' ketika diajak makan di rumah tetangga sebelah, rumah pak wakil ketua DPR. Ternyata kebiasaan mereka, sayur selalu diletakkan dalam mangkuk kecil tersendiri utk setiap orang, lha kalau saya kan langsung saya campur saja bersama nasi dll di atas piring saya, hehehe.

Makan di rumah, tentu lebih bebas dari pada makan di luar rumah, bisa nambah sesukanya (kalau ada tentunya). Tetapi mungkin juga ada aturannya, misalnya di rumah saya dulu (rumah ortu saya), ada aturan nambah hanya boleh sekali saja, dan volumenya tidak melebihi 'angkatan' pertama.  Tidak boleh bicara ketika mulut berisi makanan! Makan harus perlahan-lahan, tidak boleh secepat TGV... harus seperti GBM...slow. Tidak boleh ada nasi yg tercecer/tumpah, tidak boleh menyisakan makanan. Dll aturan yg cukup ketat di rumah. Termasuk harus mendahulukan yang tua.  Tidak boleh bersuara, dentingan sendok garpupun dilarang.  Ada aturan yang aneh juga yaitu, selesainya harus dalam waktu yang bersamaan, hampir sama-lah, tidak boleh ngibrit meninggalkan meja makan, buru-2 main fesbuk misalnya.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun