Mohon tunggu...
Hari Suhud
Hari Suhud Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Sy mahasiswa universitas Tadulako masih dalam proses mengejar gelar S1 di fakultas ilmu sosial dan politik prodi Antropologi Sy suka memanah ikan di laut, sy juga adalah pelari di dalam lautan kemudian sy juga suka memanjat pohon kelapa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Review Antropologi Agama Universitas Tadulako Fakultas ilmu Sosial dan Politik jurusan Sosiologi Program Studi Antropologi

17 Desember 2023   23:11 Diperbarui: 17 Desember 2023   23:26 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Terlepas dari adat kelahiran, adapula adat kematian To Po Rai yang dikenal dengan sebutan adat Novara atau Pengipasan jenazah yang biasanya dilakukan pada seseorang yang berasal dari keturunan Maradika (keturunan raja), dimana rangkaian prosesi adatnya dilakukan dengan cara menaikkan bendera ula-ula, kemudaian memukul gendang atau Gimba dan yang terakhir adalah Novara yang dilakukan oleh 7 orang terpilih dan mengelilingi jenazah tersebut yang diantaranya ada 3 orang sebelah kanan jenazah, 3 orang sebelah kiri dan 1 dibagian kepala. Saya menguraikan ini secara benar memiliki catatan dan materi yang tersimpan atau jejaknya di alat telepon saya dan tentunya masih bnyak kekurangan dan yang kurang jelas dalam tulisan saya disertai juga dgn perdana membuat tulisan dalam bentuk jurnal.

Dosen ke dua 

Kemudian kita mengalami pergantian dosen setelah pertemuan ke lima dari dosen sebelumnya yang di ampuh ibu yulianty tapi kita biasa memanggil beliau ibu yuyun secara singkat beliau memerikan materi terkait agama kapitayan yaitu agama jawa yang di bawakan langsung ka fadil utk mewakili ibu yuyun dalam mengimplementasikan materi dalam bentuk film tersebut.

Kapitayan adalah salah satu agama kuno masyarakat pulau Jawa; yaitu terutama bagi mereka yang beretnis Jawa sejak era paleolitik, mesolitik, neolitik dan megalit. Kapitayan merupakan salah satu bentuk monoteisme asli Jawa yang dianut dan dijalankan oleh masyarakat Jawa secara turun temurun sejak zaman dahulu.Kapitayan adalah salah-satu agama kuno yang dipeluk oleh masyarakat Nusantara. Beberapa kalangan berpendapat bahwa agama ini merupakan agama asli dan tertua di Nusantara. Kapitayan lahir jauh sebelum hadirnya pengaruh Hindu dan Budha, bahkan beberapa pihak menganggap bahwa agama ini bersumber dari ajaran nabi Adam.

Hal ini dikarenakan penganjur pertama yang disebut "Hyang Semar" merupakan keturunan kesembilan nabi Adam. Pernyataan bahwa Hyang Semar merupakan keturunan kesembilan nabi Adam ialah didasarkan pada catatan yang tertera pada kitab kuno "Pramayoga" dan "Pustakaraja Purwa" yang meruntut silsilah Hyang Semar dan memposisikannya sebagai keturunan Nabi Adam yang kesembila.

Menurut Agus Sunyoto dalam bukunya berjudul Atlas Wali Songo; Buku Pertama yang Mengungkap Wali Songo Sebagai Fakta Sejarah (2017:14), secara sederhana Kapitayan didefinisikan sebagai agama yang memiliki keyakinan terhadap sesembahan utama kepada "Sang Hyang Taya". Posisi Sang Hyang Taya sendiri dimaknai sebagai sesuatu yang "hampa, kosong, suwung, awang-uwung.

Menurut pandangan ini, Taya dimaknai "absolut" sehingga tidak dapat dipikirkan, dibayangkan, dan tidak dapat didekati oleh panca indera. Leluhur Jawa kuno biasa mendefinisikan Sang Hyang Taya dalam ungkapan "Tan Kena Kinaya Ngapa", yang memiliki arti "tidak bisa diapa-apakan keberadaan-Nya".

Dengan artian bahwa Zat ini tidak ada tapi ada, tidak bisa dilihat oleh mata tetapi eksistensinya diyakini ada sebagai satu-satunya sumber kekuatan. Oleh karena ketiadaannya yang sebenarnya ada, diusahakan untuk mengenal dan menyembah "Sang Hyang Taya" melalui sesembahan yang dianggap mempribadi dalam nama dan sifat "Tu" atau "To" yang berdaya ghaib

Meskipun terkesan kaku dalam menerima keberadaan agama lain, tetapi keterbukaan Kapitayan terhadap agama (monoteis) lainnya patut diapresiasi, karena di zaman itu telah ada ajaran agama yang mengusung semangat moderatisme. Fakta yang demikian semakin mengukuhkan keberadaan bangsa Nusantara sebagai bangsa yang mencintai kerukunan dan menjunjung tinggi nilai keadaban. Untuk itu, menjadi tugas kita bersama sebagai pewaris tradisi leluhur untuk tetap menjaga dan memastikan kehidupan berbangsa yang harmonis, beradab, dan menghargai perbedaan.

Dosen 3

kita mendapat materi soal suatu adat menolak bala dalam budaya yang ada di indonesia di makasar suku bugis, jadi kita diberikan artikel kemudian menganalisis untuk mendapatkan hasil yang mudah di mengerti masing perorangan, materi ini ialah assongka bala sebuah perwujududan penolakan baladengan ancaman penyakit dengan membawakan rejeki dan macam macam lagi. Assongka bala ini dilandasi oleh nilai kepercayaan masyarakan dgn kewajiban dengan melakukan ritual tersebut. Ritual ini juga mengguunakan media berupa sesajen yang akan diberikan oleh ketua adat yang sudah berada ditempat acara tersebut dgn sederrhana, singkatnya dalam masyarakat bugis makasar dalam konsep sehat dan skait itu ada dua faktor in dan eks yaitu keharmonisasian sihir dan ilmu sains dalam masyarakat suku buugis makassar dan juga mereka yakin bahwa adanya wabah penyakit itu adalah ketentuan dari tuhan. Ada juga penyembhan traadisionalyang dianggap sebagai obat penyembuhan yang diketahui berasal dari pengetahuan nenek moyang mereka yaitu paisenna to rioloa dan mengguanakan doa atau niat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun