Mohon tunggu...
Hari Sucahyo
Hari Sucahyo Mohon Tunggu... Guru - pengamat pendidikan, pernah bekerja di Yayasan Pangudi Luhur

Hobi saya membaca, dan dari situlah saya tergerak untuk menulis. Harian Kompas juga pernah memuat karya saya, juga di beberapa majalah pendidikan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ketika Deep Learning diberlakukan, Bagaimana Nasib Kurikulum Merdeka?

24 Januari 2025   13:44 Diperbarui: 24 Januari 2025   13:44 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kurikulum Merdeka, yang diluncurkan sebagai respons terhadap kebutuhan akan fleksibilitas dan personalisasi dalam pendidikan, telah menjadi salah satu langkah besar Indonesia menuju transformasi pendidikan abad ke-21. Namun, dengan semakin maraknya penerapan teknologi deep learning dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, pertanyaan besar muncul: bagaimana nasib Kurikulum Merdeka di masa depan jika gagasan pemberlakuan deep learning menjadi kenyataan?

Kurikulum Merdeka sebagai buah pikir mantan menteri pendidikan Nadiem Makarim menawarkan kebebasan bagi siswa dan guru untuk menentukan arah pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan, minat, dan potensi individu. Pendekatan ini menekankan pada pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), penguatan karakter, dan integrasi nilai-nilai budaya lokal.

Kendati pendekatan ini progresif, tantangan dalam pelaksanaannya masih cukup besar. Ketimpangan infrastruktur, kesenjangan kemampuan guru, dan adaptasi terhadap metode pembelajaran baru menjadi beberapa hambatan utama. Selain itu, kurangnya dukungan teknis dan sumber daya di beberapa daerah juga memperlambat implementasi yang merata di seluruh Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa, meski Kurikulum Merdeka memiliki potensi besar, keberhasilannya sangat bergantung pada kesiapan sistem pendidikan secara keseluruhan.

Dengan adanya pergantian kabinet dimana saat ini kementerian pendidikan dikomandani Abdul Mu'ti  yang menggagas tentang Deep learning sebagai sebuah pendekatan belajar dengan mengacu pada salah satu cabang kecerdasan buatan (AI), telah menunjukkan potensi besar dalam meningkatkan personalisasi pembelajaran. Dengan algoritma yang mampu menganalisis data secara mendalam, teknologi ini dapat memberikan rekomendasi materi, metode, dan kecepatan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa.

Bila dilihat dari sistemnya, deep learning dapat memantau kemajuan siswa secara real-time, mengidentifikasi kelemahan, dan memberikan umpan balik langsung. Sedangkan bila ditinjau dari platformnya, model belajar berbasis AI dapat menyesuaikan kurikulum dan metode pengajaran berdasarkan gaya belajar individu. Dengan simulasi dan pelatihan berbasis AI, siswa dapat mempraktikkan keterampilan seperti pemecahan masalah kompleks dan berpikir kritis dalam lingkungan virtual. Teknologi deep learning mampu menilai tugas-tugas siswa dengan cepat dan akurat, termasuk esai atau tugas yang memerlukan analisis mendalam. Meskipun teknologi ini menawarkan banyak manfaat, penerapan deep learning di pendidikan tidak tanpa risiko. Ketergantungan pada teknologi dapat mengurangi interaksi manusiawi dalam pembelajaran, yang dapat berdampak pada pengembangan aspek emosional dan sosial siswa.    

          Seandainya benar deep learning akan diberlakukan dalam dunia pendidikan, maka akan membawa dua skenario besar bagi Kurikulum Merdeka, Pertama, Kurikulum Merdeka dapat beradaptasi dengan teknologi deep learning untuk memperkuat prinsip-prinsip dasarnya. Dengan integrasi AI, proses personalisasi pembelajaran yang diusung oleh Kurikulum Merdeka dapat dilakukan secara lebih efektif. Misalnya, guru dapat menggunakan sistem deep learning untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang kebutuhan setiap siswa, sehingga mereka dapat lebih fokus pada pengembangan karakter dan kreativitas siswa. Teknologi deep learning juga dapat mendukung pengembangan konten pembelajaran yang lebih dinamis. Dengan analisis data besar (big data), materi pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kebutuhan lokal, sehingga siswa tetap mendapatkan pendidikan yang relevan dengan lingkungan dan budayanya. Selain itu, penerapan teknologi ini juga memungkinkan evaluasi kurikulum secara berkelanjutan berdasarkan data faktual, sehingga dapat mengurangi bias dan meningkatkan kualitas pendidikan.

Ke dua, deep learning juga dapat menjadi ancaman jika Kurikulum Merdeka tidak mampu beradaptasi dengan cepat. Sistem berbasis AI yang menawarkan solusi pendidikan langsung kepada siswa berpotensi menggantikan peran tradisional guru dan bahkan kurikulum nasional, terutama jika teknologi tersebut terbukti lebih efisien dan akurat. Misalnya, platform global seperti Khan Academy atau Coursera yang menggunakan AI dapat menarik perhatian siswa Indonesia yang mencari solusi pembelajaran yang lebih praktis dan murah.

Jika pemerintah dan pihak terkait tidak segera bertindak, ketimpangan dalam akses terhadap teknologi ini dapat memperlebar kesenjangan pendidikan. Siswa yang tinggal di daerah perkotaan mungkin lebih mudah mendapatkan manfaat dari teknologi deep learning dibandingkan siswa di daerah terpencil yang memiliki akses terbatas terhadap infrastruktur teknologi. Untuk memastikan Kurikulum Merdeka tetap relevan di era deep learning, beberapa langkah strategis perlu dilakukan:

Penguatan Kompetensi Guru, artinya guru perlu dibekali dengan pemahaman teknologi deep learning sehingga mereka dapat memanfaatkannya untuk meningkatkan proses belajar-mengajar. Program pelatihan berkelanjutan dan sertifikasi teknologi AI harus menjadi bagian dari kebijakan pendidikan nasional.

Pemerataan akses teknologi, karena ini yang akan menjadi kunci untuk memastikan semua siswa, termasuk yang berada di daerah terpencil, dapat merasakan manfaat deep learning. Investasi dalam jaringan internet, perangkat keras, dan perangkat lunak perlu diprioritaskan.

Pengaturan penggunaan teknologi AI dalam pendidikan agar tidak mengancam prinsip-prinsip humanis yang menjadi dasar Kurikulum Merdeka. Aspek privasi data siswa, transparansi algoritma, dan akuntabilitas sistem AI harus menjadi perhatian utama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun