Sebagai manusia yang hidup di dunia, mustahil jika kita tidak pernah mendapatkan masalah ataupun musibah. Semakin bertambah tingginya derajat kedudukan kita maka semakin tinggi pula tingkat permasalahan yang akan kita hadapi. Akan tetapi, semua itu tergantung bagaimana kita menghadapi permasalahan tersebut. Memilih untuk terjerumus dalam jurang permasalahan atau segera mencari solusi untuk move on dari permasalahan tersebut.
Seseorang yang kontrol dirinya rendah cenderung cepat menjadikan sebuah masalah menjadi beban hidup yang sulit untuk dapat diselesaikan dan menyebabkan stress yang berkepanjangan bahkan bisa menjadikan seseorang itu sakit jiwa atau gila, dalam bahasa psikologinya schizophrenia.
Tahapan seseorang mendapatkan masalah sampai menyebabkan schizophrenia (sakit mental yang sudah mencapai level tertinggi), yang pertama adalah adanya masalah. Masalah akan terjadi ketika adanya ketidaksesuaian antara harapan dengan kenyataan. Terkadang orang sangat sulit menerima kenyataan yang sudah jelas-jelas terjadi. Ketika seseorang tidak bisa menyelesaikan permasalahannya maka akan muncul yang namanya konflik (ketidakmampuan memilih dua hal). Ketika tidak mampu untuk memilih maka seseorang tersebut akan merasa frustasi, tidak tercapainya tujuan yang dinginkan. Barulah dari situ akan memunculkan perilaku stress, yaitu reaksi psikis yang muncul terhadap apa yang dihadapi atau tertekan dengan masalah yang dihadapi. Dari perilaku stress akan memicu seseorang untuk menjadi distress, distress merupakan penyakit fisik yang disebabkan karena sedang mengalami penyakit psikis atau dalam istilah psikologi yaitu psikosomatis (penyakit yang saling berkaitan antara sakit fisik dan psikologis). Penyakit distress yang terlalu lama akan menyebabkan seseorang itu depresi. Depresi akan menganggap dirinya, orang lain dan masa depannya negatif. Intinya memandang semuanya negatif. Ketika seseorang sudah mulai menderita depresi dan tidak mendapatkan penanganan yang baik, baik secara internal maupun eksternal individu maka sangat memungkinkan sekali orang tersebut menjadi schizophrenia (gila). Maka dari itu, sangat penting sekali bagi kita ketika mendapatkan sebuah masalah hendaknya kita sesegera mungkin untuk mencari solusi penyelesaiannya dan segera move on dari permasalahan tersebut.
Semua yang terjadi sebenarnya dipengaruhi oleh pola pikir kita. Ketika kita selalu berpikir positif maka yang munculpun perilaku yang positif-positif. Begitupun sebaliknya, ketika kita menyetting pikiran dengan sesuatu yang negatif, membayangkan dan memikirkan hal-hal yang negatif-negatif, maka tidak menutup kemungkinan perilaku yang munculpun negatif.
Mungkin seringkali kita mengalami stress, entah itu stress karena banyak tugas, stress karena uang saku sudah mulai menipis, stress karena ada permasalahan dengan temannya, dan stress-stress yang lain. Di sini ada beberapa cara untuk mengurangi stress, diantaranya tidur, dengan tidur seolah-olah kita melupakan permasalahan yang sedang kita hadapi, kemudian mendengarkan musik, tertawa, mungkin kita bisa mendengarkan atau melihat cerita atau ilustrasi-ilustrasi humor yang dapat mengundang kita untuk tertawa, meminta bantuan orang lain. Memang, teman itu sangat dibutuhkan untuk kita hidup sebagai manusia sosial dan dari teman juga bisa diperoleh solusi yang mungkin membantu kita untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang kita hadapi. Cara lain lagi untuk mengurangi stress dengan cara relax (nyantai). Terkadang, kita tidak perlu terburu-buru untuk menyelesaikan masalah. Kita bisa menanggapinya dengan relax asalkan kita tetap memikirkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Ini cara yang mungkin agak sulit, yaitu tetap aktif beraktifitas walaupun masalah menimpa kita. Padahal identiknya ketika kita sedang mengalami masalah, kita malas untuk melakukan apapun.
Cukup sekian, semoga artikel ini bermanfaat!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H