Mohon tunggu...
harista al-khoiriyah
harista al-khoiriyah Mohon Tunggu... -

saya harista umamil khoiriyah kelahiran Lumajang, 18 april 1994. profesi sekarang mahasiswa di universitas islam negeri maulana malik ibrahim malang. visit ://haristaalkhoiriyah.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Konseling Traumatik Korban Tanah Longsor

22 Desember 2014   14:56 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:44 1868
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PENDAHULUAN

Dewasa ini Indonesia terus-menerus ditimpa bencana. Belum sempat beranjak dari penderitaan bencana yang satu, sudah terjadi lagi bencana yang lain. Indonesia merupakan wilayah yang rawan terhadap bencana, baik bencana alam, bencana non alam maupun bencana sosial. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya bencana adalah kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang rawan, epidemic, wabah penyakit dan penyebab lain seperti keragaman sosial ekonomi budaya dan etnik yang akan memicu terjadinya kerawanan sosial.

Kejadian bencana di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, baik frekuensi maupun intensitasnya. Baru-baru ini ada kabar terbaru tentang peristiwa terjadinya tanah longsor di Banjarnegara. Bencana tanah longsor yang memporak-porandakan salah satu kampung di dusun Jemblung, desa Sampang, kecamatan Karangkobar, Banjarnegara membuat para korban yang masih hidup mengalami trauma bencana. Salah satu yang banyak merekam memori menyedihkan tersebut adalah anak-anak korban bencana.

Rentetan longsor susulan pun terjadi di sejumlah titik di Banjarnegara. Kondisi tanah yang labil serta hujan deras membuat tanah kembali retak dan bergerak di kecamatan Karangkobar, Kalibening dan Punggelan. Longsor terjadi di dusun Gintung, kecamatan Karangkobar, yang dihuni 30 kepala keluarga (KK), di desa Krakal, Kalangkobar, dihuni 8 KK, di desa Kertosari, kecamatan Kalibening, dihuni 120 KK, dan di dusun Sripat, kecamatan Punggelen, dihuni 180 KK.

Kerugian-kerugian akibat tanah longsor yang ditanggung oleh masyarakat, tidak hanya menyangkut kerugian materi, rumah , fisik, harta benda, aset-aset, pekerjaan, serta kehilangan anggota keluarga dan family, melainkan juga kerugian psikologis yang membutuhkan waktu yang relatif lama untuk proses pemulihannya.

Peristiwa tersebut dapat menciptakan trauma tersendiri bagi masyarakat di sekitar tanah longsor di Banjarnegara, terutama terhadap anak yang masih menempuh pendidikan di sekolah. Hal ini diakibatkan oleh tekanan yang muncul dari rasa sakit yang diderita saat kejadian, kehilangan orang tua dan harta bendanya serta perubahan akan kegiatan sosial anak.

Penanggulangan untuk menghilangkan trauma sangat penting dilakukan terutama bagi anak dan remaja yang mengalami langsung kejadian tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat menghilangkan atau meminimalisir traumatis tersebut diperlukan layanan konseling yang diberikan oleh pihak ahli yang kompeten.

PEMBAHASAN

Dari paparan hasil di atas, banyak para korban tanah longsor yang selamat tentu saja memberikan dampak psikologis dan trauma, terlebih kepada anak-anak dan remaja yang masih sekolah. Dampak-dampak tersebut menyangkut kapasitas-kapasitas psikologi, konsep diri, perkembangan dan hubungan seseorang. Jika tidak ditangani, trauma psikologis akan bertambah parah dan memberikan dampak munculnya gangguan aspek fisik, emosi, mental, perilaku dan spiritual.

Simptom yang muncul pada aspek fisik diantaranya adalah kelelahan, suhu badan meninggi, menggigil, badan lesu, mual-mual, pening, sesak napas dan panik. Sementara itu pada aspek emosi muncul simptom di antaranya adalah kehilangan gairah hidup, ketakutan, dikendalikan emosi dan merasa rendah diri. Pada aspek mental terjadi kebingungan, ketidakmampuan menyelesaikan masalah, tidak dapat berkonsentrasi, tidak mampu mengingat dengan baik dan lain-lain.

Aspek perilaku menujukkan simptom-simptom di antaranya adalah sulit tidur, kehilangan selera makan, makan berlebihan, banyak merokok, menghindar, menangis, tidak mampu berbicara, tidak bergerak, gelisah, terlalu banyak gerak, mudah marah, ingin bunuh diri, menggerakkan anggota tubuh secara berulang-ulang, rasa malu berlebihan, mengurung diri, menyalahkan orang lain. Pada aspek spiritual, seseorang akan mengalami gejala-gejala putus asa, hilang harapan, menyalahkan Tuhan, berhenti ibadah, tidak berdaya, meragukan keyakinan, tidak tulus dan lain-lain.

Melihat kondisi yang seperti itu, sangat perlulah untuk memberikan layanan konseling pada individu-individu yang mengalami trauma-trauma maupun dampak psikologis agar tidak sampai berlebihan seperti stress, depresi, yang akan dapat menjadikan mereka tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya.

Layanan konseling sebagai bagian yang integral dalam pendidikan, mempunyai peranan untuk memfasilitasi perkembangan anak sehingga potensi yang dimiliki anak dapat berkembang optimal. Terjadinya perilaku-perilaku seperti di atas dapat mempengaruhi potensi yang dimiliki individu (anak) tidak dapat berkembang secara optimal. Oleh karena itu, pembimbing di sekolah dapat membantu individu mencapai perkembangan potensi yang optimal dengan memberikan layanan dengan setting pendidikan akademik yang menerapkan juga pencapaian perkembangan diri.

Bimbingan dan konseling hakikatnya adalah layanan kemanusiaan yang diwarnai oleh pandangannya tentang manusia. Dalam perspektif pendidikan, bimbingan dan konseling merupakan proses yang menunjang keseluruhan pelaksanaan pendidikan dalam mencapai tujuannya, yaitu membantu perkembangan optimal sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial sesuai dengan kemampuan, minat dan nilai-nilai yang dianutnya.

Tujuan bimbingan dan konseling disamping harus mampu merefleksikan kebutuhan individu, juga harus mampu membantu individu mengembangakan diri secara optimalsesuai dengan latar belakang sosial budaya, dan tuntutan positif lingkungan, sehingga mampu mengantarkan individu kepada pengembangan pribadi secara utuh dan bermakna, baik bagi diri sendiri maupun lingkungannya.

Sesuai dengan kompleksitas permasalahan menyangkut trauma psikologis, maka diperlukan pendekatan yang bersifat komprehensif dan profesional. Konseling merupakan pemberian pelayanan baik konseling perorangan ataupun kelompok. Spiritual adalah pendampingan dalam berdo’a bersama, pengajian, dan sejenisnya. Oleh karena itu, kolaborasi dengan pakar atau ahli profesional yang terkait dibutuhkan dalam pendekatan ini.

Konseling traumatik atau konseling krisis merupakan jawaban atas bentuk kepedulian terhadap individu yang mengalami trauma. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa dalam upaya penyembuhan tekanan, kecemasan, atau stress yang dialaminya memerlukan sentuhan-sentuhan psikologis melalui peran tenaga-tenaga profesional yang ahli dalam bidangnya.

Misi utama layanan konseling krisis sebagai salah satu pihak yang berkompeten ialah membantu memulihkan kondisi psikologis dan sosio-emosional korban longsor agar dapat kembali memiliki kehidupan yang wajar. Layanan konseling krisis membantu individu korban tanah longsor dalam mengambil keputusan-keputusan secara tepat terhadap problem psikologis yang dihadapinya dan bertindak atas pilihan-pilihannya, sekaligus dalam rangka menjalankan fungsi konseling itu dalam dimensi kuratif (penyembuhan), supportif (dorongan), semangat, penyejuk suasana, penetralisir, reeducatif, maupun preventif (dalam arti agar masalahnya tidak meluas dan mendalam, sehingga semakin berat dan kompleks.

Di Banjarnegara, relawan perempuan setempat melakuan lagkah trauma healing untuk para korban tersebut. Trauma healing adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk membantu orang lain untuk mengurangi bahkan menghilangkan gangguan psikologis yang sedang dialami yang diakibatkan syok atau trauma, dalam kasus ini adalah anak-anak korban tanah longsor di Banjarnegara tersebut. Korban bencana dimana anak-anak mengalami trauma yang sangat mendalam yang tentu saja tidak akan mudah untuk melupakannya. Oleh karena itu, sudah menjadi kewajiban kita bersama untuk membuat mereka ceria kembali.

Terhitung sejak Senin (15/12/2014) hingga beberapa pekan kedepan, program trauma healing pasca bencana ini akan terus digencarkan untuk anak-anak korban bencana. Lokasi trauma healing yang dilakukan inisiatif relawan setempat adalah di desa Ngaliyan, kecamatan Karangkobar, Banjarnegara, sekitar 500 meter dari lokasi bencana.

Harapannya dengan program tersebut bisa menghilangkan trauma dan memunculkan semangat untuk belajar. Program yang akan terus dijalankan adalah berbagai macam permainan, pendidikan dan berbagai kegiatan yang menyenangkan. Program anak-anak diantaranya adalah game education, dongeng, permainan tradisional dan modern, serta belajar sambil bermain.

Dari pemaparan di atas, perlulah kepekaan dan rasa tanggung jawab para konselor untuk dapat membantu mereka menghilangkan atau meminimalisir dampak-dampak psikologis yang mengakibatkan mereka mengalami trauma maupun gangguan-gangguan yang lain agar perkembangan potensi pada diri individu mereka dapat berkembang secara optimal.

KESIMPULAN

Trauma, shock, dan ketakuan yang berlebihan dialami oleh hampir semua korban longsor, terutama pada anak-anak dan remaja. Penanganan efek psikososial pasca longsor bagi para korban merupakan hal mutlak yang harus dilaksanakan oleh profesi bimbingan dan konseling. Dengan kondisi tersebut perlu diadakan konseling bagi para korban. Konseling diberikan oleh konselor-konselor serta pihak-pihak yang memiliki kompetensi dalam bidang kejiwaan.

Konseling diberikan agar beban kehilangan keluarga, harta benda, dan trauma psikis lainnya dapat terobati. Perhatian dan empati adalah dasar utama program pemulihan kondisi psikologis bagi para korban yang selamat. Pengkondisian senyaman mungkin akan sangat membantu mempercepat pemulihan kondisi psikologis korban, sehingga dapat mengurangi tekanan dan beban psikologis yang dialaminya.

SARAN

Bencana yang terus saja mendera bangsa Indonesia, agaknya perlu dijadikan bahan introspeksi bagi bangsa Indonesia. Masyarakat perlu lebih arif dan bijaksana dalam mengawal perjalanan bangsa ini. Dengan bencana tersebut, sepatutnya bangsa perlu terus mawas diri dan selalu mengingat kebesaran-Nya. Allah SWT tidak akan memberikan cobaan melampaui batas kemampuan hamba-Nya.

Para konselor dan orang-orang terdekat harus memberikan dukungan, perhatian dan empati kepada para korban terutama mereka yang mengalami dampak-dampak psikologis seperti trauma, stress, ketakutan yang berlebihan dan gangguan-gangguan psikologis yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. (2010). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.

Bandung: Refika Aditama

Hawari, D. (2011). Pendekatan Psikoreligi pada Trauma Bencana. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia

Sunardi. (2006). Gangguan Stress Pasca Trauma dalam Perspektif Konseling. Bandung: PLB FIP UPI Bandung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun