Mohon tunggu...
Haris Hadyantomo
Haris Hadyantomo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Student at Industrial Engineering UGM. Cat lover. A man who have fun with social media, youtube and news. Enjoy driving, traveling, swimming, and reading books.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pandangan Unik Penulis Vs Penggambar

28 Januari 2012   02:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:22 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siapa yang punya hobi menulis? Atau ada yang punya hobi menggambar? Ohh pasti banyak tuh di sekitar kita. Yang senang menulis, mungkin dulunya ia sering membuat diary. Seperti komedian standup Raditya Dika itu. Atau ia juga senang kalau gurunya sering memberi tugas menulis paragraf. “Ketimbang harus mengerjakan kalkulus, hahaa :D” pungkasnya demikian.

Bagaimanapun juga, menulis butuh pencerahan tentang gagasan yang akan di sampaikan. Tidak mudah memang mencari gagasan itu. Perlu menggali beberapa ide yang sempat terlintas di otaknya. Kemudian ia menyusun ide-ide tersebut dalam bentuk yang sistematis, supaya mudah dibaca. Namun, tidak semua ide dapat kita ingat seketika, lho. Misalnya, ide yang muncul di saat yang tidak tepat. Yakni ketika kita tidak sempat membuat catatan di waktu itu. Sehingga kalau kita tidak menyimpannya dalam bentuk tulisan, kita pasti lupa tuh idenya.

Imbasnya, bila tulisan kita tanpa “gagasan yang sistematis”, maka yang membaca tidak dapat mengerti maksud dari tulisan kita. Sehingga tulisan kita bisa dianggap garing bahkan tidak mutu :(

Sementara menggambar, ia tidak perlu mencari gagasan yang sistematis. Ia hanya perlu mencari “gagasan yang kreatif” yang membuat karyanya bisa dikagumi oleh siapapun. Misalnya, ketika ia sedang menggambar lingkaran, ia berpikir bagaimana mencari bentuk lain yang menyerupai lingkaran. Maka secara tidak sengaja, ia membuat bentuk elips dan hasilnya tampak beda dari lingkaran yang lain.

Ini juga yang dirasa sulit oleh para desainer. Sebab tuntutan berpikir kreatif inilah yang harus selalu di lakukan. Imbasnya, bila karya kita tanpa gagasan yang kreatif, maka orang lain akan menganggap ini karya yang biasa saja. Tidak punya nilai seni apapun :(

Menurut saya, akan ada satu hal yang unik dari kedua kegiatan tersebut. Jika kita menarik benang merah dari keduanya, maka kita akan menemukan adanya persamaan yang tak dapat terpisahkan. Yakni sama-sama mencari gagasan yang terbarukan dari yang akan kita sampaikan. Sehingga efek plagiarisme yang sangat tidak kita harapkan itu, dapat sebisa mungkin kita hindari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun