Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia tahun 2023 menduduki peringkat terakhir, jika dijejerkan dengan beberapa negara ASEAN, yaitu Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.Â
Posisi tertinggi adalah Thailand. Dari aspek perolehan devisa pada tahun yang sama, negara kita juga berada pada urutan kelima dibandindingkan negara-negara tersebut. Singapura menduduki peringkat pertama.
Itulah hasil olah data yang dimuat dalam Insight Report 2024 "Mengakselerasi Pariwisata Berkualitas Untuk Tumbuh Berkelanjutan", Sekretariat Bersama Pariwisata.
Kabar gembiranya, dari laporan yang sama disebutkan bahwa Indonesia menunjukkan peningkatan daya saing, sekarang berada di peringkat 22 dari sebelumnya peringkat 32 secara global. Kenaikan tersebut memposisikan negara kita pada peringkat 6 di kawasan Asia Pasifik. Penilaian itu diberikan oleh World Economic Forum.
Pergerakan positif sektor pariwisata pasca pandemi juga telah terlihat, seperti kenaikan Pendapatan Domestik Bruto, peningkatan tenaga kerja, dan perkembangan wisatawan nusantara.
Tidak Cukup Anugerah Alam
Bercermin dari peringkat pencapaian sektor pariwisata Indonesia diantara negara-negara tetangga, mudah menyimpulkan bahwa negeri ini tidak bisa hanya tergantung dari anugerah keindahan alam dan kekayaan budaya.Â
Sebut saja, Singapura, negara kecil itu nyaris tidak memiliki kekayaan alam untuk menggaet wisatawan. Mereka menggenjot sektor wisatanya melalui pemanfaatan teknologi dan artifisial alam, seperti air terjun buatan.Â
Jadi, masih banyak faktor lain yang butuh dipenuhi dan dibenahi oleh Indonesia. Pemerintah sebenarnya sudah menyadari kebutuhan itu. Sebagaimana berbagai negara yang telah sukses mengangkat pariwisatanya, peran negara memang sangat dinantikan.
Pemerintah bersama pemangku kebijakan lainnya, dalam sekretariat bersama, telah melakukan banyak langkah. Diantaranya, perwujudan pariwisata berkualitas, kebijakan mempermudah mobilitas antarnegara, hingga perbaikan infrastruktur. Apabila konsisten dilakukan, langkah-langkah tersebut perlahan akan memperkuat pariwisata domestik.
Tapi, apakah itu saja cukup?
Rakyat Semesta
Menarik juga laporan Sekretariat Bersama Pariwisata yang menyoroti pentingnya partisipasi aktif masyarakat lokal. Peran masyarakat dalam menyukseskan sektor pariwisata tidak boleh dikesampingkan, mengapa?
Keberhasilan sektor wisata bisa diukur dari keinginan wisatawan untuk mengulangi kunjungannya. Kesan menjadi faktor pendorong orang untuk menyimpan pengalaman indah atau justru sebaliknya.Â
Kesan bisa dimunculkan dari hal-hal sederhana yang ditampilkan masyarakat setempat. Misalnya, hanya karena sapaan hangat dan keramahan, orang bisa terkesan.
Begitu pula, perilaku tidak patut, semacam permintaan uang parkir liar yang mahal atau manipulasi harga barang jualan, menempelkan kesan yang buruk. Ya, semua contoh itu hanya sesuatu yang sederhana. Namun, dampaknya bisa besar.
Selain persoalan pemberian kesan, tindakan proaktif masyarakat untuk memajukan wisata daerah mereka menjadi keharusan. Mereka tidak cukup sekedar menantikan sokongan dari negara.Â
Kekuatan masyarakat semesta tidak dapat dianggap remeh. Mereka adalah orang yang paling memahami daerahnya, termasuk potensi di dalamnya.Â
Rasa kepemilikan terhadap tempat tinggalnya, menjadi motivasi tersendiri untuk memajukan daerahnya. Mereka tentunya juga memiliki komponen generasi muda, generasi yang melek teknologi dan cenderung berjiwa inovatif- out of the box.Â
Sedikit cerita, sekian tahun yang lalu, daerah Gunung Kidul Yogyakarta dikenal sebagai kawasan gersang. Tidak banyak yang bisa diharapkan di sana.Â
Hingga suatu ketika, para pemuda di sana tergerak untuk mengolah potensi daerahnya menjadi kawasan yang menarik dikunjungi. Mereka memanfaatkan sarana karang taruna guna memperkenalkan sisi menarik daerahnya.Â
Secara swadaya, sekumpulan pemuda itu melakukan promosi daerahnya melalui media sosial atau menyelenggarakan berbagai event. Hinggga secara berangsur, mereka berhasil merubah citra daerahnya, dari daerah gersang menjadi tempat yang mengundang nayak kunjungan.
Salah satu cerita keberhasilan itu adalah aktivitas Sugeng Handoko, melalui gerakan menjadikan pemuda sebagai virus perubahan.
 Perjuangannya bersama generasi muda di daearahnya berhasil menjadikan desa Nglanggeran Gunung Kidul yang semula tak dikenal, menjadi destinasi wisata berkelas, mendapatkan berbagai nasional dan internasional, serta mendatangkan banyak kunjungan.
Kesimpulannya, kemajuan pariwisata tidak mustahil dimulai dari upaya mandiri masyarakatnya. Peran pemuda secara swadaya, tanpa menunggu bantuan dari negara, ternyata mampu memberdayakan potensi wisata di lingkungan mereka. Â Â Â
Pentahelix   Â
Memajukan pariwisata Indonesia tidak cukup hanya bergantung pada negara. Tidak ideal pula, membiarkan masyarakat berjuang sendiri terus menerus mengembangkan daerahnya.Â
Pada titik tertentu, perlu adanya kerja bersama banyak pihak. Oleh karenanya, menggabungkan peran pemerintah dengan akademisi, pebisnis, media, dan masyarakat, atau dikenal kerjasama pentahelix, menjadi sebuah kebutuhan.
Kerjasama itu menjadi kekuatan tambahan bagi Indonesia, yang sebetulnya telah memiliki potensi kekuatan dari bonus alam dan budaya yang sangat berharga. Bonus yang belum tentu diperoleh atau dimiliki bangsa lainnya. Â Bonus yang wajib kita syukuri, dengan cara menjaga, memelihara, dan memanfaatkannya untuk kebaikan bangsa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H