Mohon tunggu...
Abdul Haris
Abdul Haris Mohon Tunggu... Bankir - Menulis Untuk Berbagi

Berbagi pemikiran lewat tulisan. Bertukar pengetahuan dengan tulisan. Mengurangi lisan menambah tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Era Serba Automasi dan Isu Tenaga Kerja

16 September 2024   07:45 Diperbarui: 16 September 2024   13:41 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wajah baru Gramedia di mal Grand Indonesia, Jakarta Pusat, pada Senin (16/10/2023).(KOMPAS.com/Faqihah Muharroroh Itsnaini)

Pekerjaan Masa Depan

Indonesia merupakan negara yang memiliki risiko tinggi terkait pengangguran. Terkait itu, pengangguran masuk dalam ranking 5 besar risiko di negeri ini, sebagaimana kajian Global Risk Report 2024 yang dirilis World Economic Forum ( WEF). 

Lalu, sebanyak 7,20 juta atau 4,82 persen dari total angkatan kerja pada Februari 2024 adalah pengangguran, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS).

Tentu, penyebab dari jutaan pengangguran itu bukan hanya karena transisi teknologi, tetapi juga karena persoalan lainnya. Seperti, terganggunya aktivitas perekonomian karena faktor geopolitik. Meskipun demikian, masifnya penggunaan teknologi yang mampu nenggantikan peran manusia tetap perlu menjadi perhatian. 

Kajian WEF juga menyebutkan pekerjaan jenis baru yang mulai tumbuh cepat, diantaranya spesialis kecerdasan buatan dan machine learning, ahli teknologi keuangan, ahli robotik, dan sebagainya. 

Jenis pekerjaan tersebut memang belum terlalu familier saat ini. Akan tetapi, kehadiran profesi baru itu tidak bisa diabaikan. Laju inovasi membutuhkan tenaga berkeahlian itu. Oleh karenanya, perlu adanya kesiapan dari sisi sumber dayanya.

Pendidikan Aplikatif

Indonesia sebagai negara penerima kelebihan demografi, memiliki tantangan sekaligus peluang menyambut era transisi teknologi. Akan menjadi tantangan, ketika limpahan sumber daya produktif tidak dikelola dengan benar, sehingga menambah tumpukan pengangguran. Sebaliknya, menjadi peluang, apabila generasi mudanya dipersiapkan dengan baik dari sekarang. Untuk yang terakhir, pendidikan menjadi salah satu kuncinya. 

Sekilas membahas keterkaitan pendidikan dengan tenaga kerja, data BPS menunjukkan hanya 12,67 persen dari total penduduk bekerja berpendidikan tinggi atau diploma ke atas. Kontras, separuh lebih dari penduduk bekerja itu masih berpendidikan SMP ke bawah. 

Meskipun tidak sepenuhnya tepat, setidaknya tingkat pendidikan dapat merepresentasikan keterampilan yang dimiliki. Makin rendah pendidikan, makin rendah keterampilannya, makin rentan pula paling terdampak pemutusan hubungan kerja. Ketika perusahaan melakukan efisiensi, mereka jadi target utama.

Kembali pada isu kebutuhan pendidikan. Sistem pendidikan dapat menekankan penguatan keterampilan yang diperlukan masa depan. Bentuk penguatannya berupa penyesuaian kurikulum yang mengedepankan keterampilan siap guna. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun