Pekerjaan Masa Depan
Indonesia merupakan negara yang memiliki risiko tinggi terkait pengangguran. Terkait itu, pengangguran masuk dalam ranking 5 besar risiko di negeri ini, sebagaimana kajian Global Risk Report 2024 yang dirilis World Economic Forum ( WEF).Â
Lalu, sebanyak 7,20 juta atau 4,82 persen dari total angkatan kerja pada Februari 2024 adalah pengangguran, sesuai data Badan Pusat Statistik (BPS).
Tentu, penyebab dari jutaan pengangguran itu bukan hanya karena transisi teknologi, tetapi juga karena persoalan lainnya. Seperti, terganggunya aktivitas perekonomian karena faktor geopolitik. Meskipun demikian, masifnya penggunaan teknologi yang mampu nenggantikan peran manusia tetap perlu menjadi perhatian.Â
Kajian WEF juga menyebutkan pekerjaan jenis baru yang mulai tumbuh cepat, diantaranya spesialis kecerdasan buatan dan machine learning, ahli teknologi keuangan, ahli robotik, dan sebagainya.Â
Jenis pekerjaan tersebut memang belum terlalu familier saat ini. Akan tetapi, kehadiran profesi baru itu tidak bisa diabaikan. Laju inovasi membutuhkan tenaga berkeahlian itu. Oleh karenanya, perlu adanya kesiapan dari sisi sumber dayanya.
Pendidikan Aplikatif
Indonesia sebagai negara penerima kelebihan demografi, memiliki tantangan sekaligus peluang menyambut era transisi teknologi. Akan menjadi tantangan, ketika limpahan sumber daya produktif tidak dikelola dengan benar, sehingga menambah tumpukan pengangguran. Sebaliknya, menjadi peluang, apabila generasi mudanya dipersiapkan dengan baik dari sekarang. Untuk yang terakhir, pendidikan menjadi salah satu kuncinya.Â
Sekilas membahas keterkaitan pendidikan dengan tenaga kerja, data BPS menunjukkan hanya 12,67 persen dari total penduduk bekerja berpendidikan tinggi atau diploma ke atas. Kontras, separuh lebih dari penduduk bekerja itu masih berpendidikan SMP ke bawah.Â
Meskipun tidak sepenuhnya tepat, setidaknya tingkat pendidikan dapat merepresentasikan keterampilan yang dimiliki. Makin rendah pendidikan, makin rendah keterampilannya, makin rentan pula paling terdampak pemutusan hubungan kerja. Ketika perusahaan melakukan efisiensi, mereka jadi target utama.
Kembali pada isu kebutuhan pendidikan. Sistem pendidikan dapat menekankan penguatan keterampilan yang diperlukan masa depan. Bentuk penguatannya berupa penyesuaian kurikulum yang mengedepankan keterampilan siap guna.Â