BI-Rate pada Rabu (24/4) naik menjadi 6,25% setelah bertahan pada 6,00% sejak bulan Oktober 2023.Â
Apapun kebijakan yang diambil oleh Bank Indonesia (BI), baik menurunkan, menahan, atau menaikkan suku bunga acuan, biasanya menuai tanggapan beragam.Â
Kali ini, mereka yang memandang perlunya penguatan nilai tukar rupiah (yang sudah terpuruk sejak pertengahan April) sekaligus pentingnya mengantisipasi lonjakan dampak rembetan berupa inflasi tinggi, mendukung kebijakan kenaikan tersebut.
Sebaliknya, bagi mereka yang keberatan beralasan bahwa kebijakan dimaksud akan mempengaruhi kenaikan suku bunga pinjaman, yang dapat memberatkan debitur, dan bisa jadi menahan ekspansi usaha.
Bagaimana impak sebenarnya kenaikan BI-Rate? Perlu waktu untuk melihatnya.
Fenomena Mexican Standoff
Menarik sekali pendapat pengamat ekonomi Fithra Faisal yang menyebut konflik Iran dengan Israel sedang memasuki fenomena Mexican Standoff. Artinya, kedua belah pihak seakan-akan sedang saling menodongkan pistol. Masing-masing tidak ada yang memulai tembakan karena mereka saling sadar kekuatan lawannya.Â
Ya betul, baik Iran maupun Israel sudah tahu negara-negara mana yang akan turut meramaikan konflik jika perseteruan dilanjutkan. Kemungkinan besar ada Amerika Serikat (AS), Uni Eropa, Rusia, dan China.
Ketegangan tanpa tindakan antara Iran dan Israel mengakibatkan dunia terus was-was, ketidakpastian pun berlanjut. Ketidakpastian itu rupanya berpotensi mengganggu kestabilan ekonomi dunia. Kondisi tersebut menjadi salah satu pertimbangan BI menaikkan suku bunga acuannya.
Kegamangan AS
Pada Rabu (1/5) Federal Reserve mengumumkan untuk mempertahankan suku bunganya pada 5,25%-5,5%. Angka itu merupakan level tertinggi sejak 2 dekade.Â