Ada fenomena menarik di Indonesia menjelang berakhirnya bulan Ramadan. Masyarakat mulai berburu uang baru. Tradisi bagi-bagi uang kepada sanak saudara saat hari Raya Idul Fitri mendorong perilaku tersebut.
Menyambut momentum itu, di pinggir jalan kerap kita jumpai orang-orang yang menawarkan penukaran uang baru atau biasa dijuluki inang-inang. Sementara pihak menyebut mereka melakukan jual-beli uang. Menurut saya, label yang lebih tepat untuk mereka adalah menajajakan jasa penukaran uang.Â
Inang-inang akan mematok tarif tertentu untuk tiap uang yang ditukarkan. Uang yang mereka tawarkan umumnya adalah uang pecahan kecil. Yang masuk kategori uang pecahan kecil ialah uang dengan nilai di bawah Rp50.000,00. Kelompok pecahan itu memang paling dicari oleh masyarakat.
Alasan Keberadaan
Bank Indonesia (BI), sebagai lembaga tunggal yang berwenang mengedarkan uang, sebenarnya telah mengantisipasi tingginya permintaan uang baru pada periode tertentu.Â
Sesuai rilisnya, BI sudah menyiapkan uang layak edar Rp197,6 Triliun untuk kebutuhan Ramadan dan Idul Fitri 2024. Angka itu meningkat 4,65% dari tahun sebelumnya. Menandakan bahwa permintaan uang cenderung naik juga.Â
Lalu, layanan penukaran disediakan oleh BI melalui kas keliling. Penukaran dapat dilakukan juga di kantor bank umum yang tersebar di Indonesia. Selain itu, untuk memperluas dan mengoptimalkan layanan, penukaran disediakan pula di lokasi-lokasi strategis, seperti pasar, rest area, atau jalur mudik. Dengan berbagai kemudahan itu, kehadiran inang-inang tetap sukar dihadang.
Jika dikaitkan dengan teori permintaan penawaran, eksistensi inang-inang tentu tidak terlepas dari adanya sementara anggota masyarakat yang memang bersedia menggunakan jasanya. Antusiasme untuk mendapatkan uang baru pada Ramadan dan Idul Fitri memang sangat tinggi. Kita bisa melihat, masyarakat rela antri di titik-titik penukaran yang disediakan BI dan perbankan.Â
Dari situlah para inang-inang mengambil peluang. Mereka menawarkan penukaran uang di pinggir-pinggir jalan. Lokasi yang mereka pilih memang memudahkan masyarakat mendekatinya. Masyarakat yang enggan antre pun rela menggunakan jasa mereka.
Ada lagi kelebihan yang mereka tawarkan. Penukaran di BI dan bank umum menggunakan mekanisme paket. Maksudnya, minimal penukaran 1 pax per pecahan atau sebanyak seratus lembar. Contoh, minimal penukaran pecahan Rp5.000, 00 adalah 100 lembar atau Rp500.000,00.Â