Mohon tunggu...
Harison Haris
Harison Haris Mohon Tunggu... Freelancer - Lahir dan besar di Jepara dan Jakarta. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Lahir dan besar di Jepara. Mantan pemain bola amatiran, sempat jadi wartawan olahraga dan sekarang tinggal di Depok. Menyukai dan meminati banyak hal, tapi baru bisa melakukan sedikit hal.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Angka Stunting Gunung Kidul Tertinggi di Yogyakarta

16 April 2019   23:12 Diperbarui: 16 April 2019   23:17 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Angka stunting di Bantul pada 2018 mencapai 22,89 persen berdasar data riset kesehatan dasar (riskesdas) Kementerian Kesehatan. Jumlah tersebut merupakan hasil dari sampling sebanyak 164 balita usia 0-59 bulan di Bantul.

Angka lebih rendah dari angka stunting di Bantul pada 2013 yakni sekitar 26 persen. Angka ini memang masih di bawah angka rata-rata nasional sebesar 30 persen. Dari seluruh kabupaten dan kota di DIY, Bantul menduduki peringkat kedua angka stunting tertinggi setelah Gunungkidul dengan angka 31 persen. Sementara Kulonprogo nomor tiga dengan angka 22,65 persen. Lalu Kota Yogya sebanyak 16,3 persen.

Jadi, khusus untuk wilayah Gunungkidul, besaran angka stunting sudah di atas rata-rata nasional. Termasuk tertinggi di Pulau Jawa.

Kasus stunting selain terkait masalah asupan gizi, juga persoalan sanitasi. Dua poin itu menjadi titik fokus Bambang Soepijanto selaku mantan Dirjen di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bambang tahu persis bahwa kebersihan lingkungan punya kontribusi signifikan dalam soal penanganan stunting.

Bambang Soepijanto yang mencalonkan diri sebagai anggota DPD RI Dapil DIY ini yakin stunting bisa dicehah dan diatasi. Pencegahan bisa dimulai ketika persiapan masa kehamilan, dan intervensinya bisa dilakukan sebelum anak berusia 2 tahun. Atau paling telat 3 tahun.

Di luar soal sanitasi, stunting jelas terkait dengan masalah asupan gizi. Pengetahuan calon ibu akan pentingnya ASI perlu didengungkan lebih keras lagi. Makanan pendampng ASI (MPASI) juga harus diperhatikan agar tidak terlalu berlebih dan kurang kandungan protein, karbohidrat dan lemaknya.

Tapi, Bambang mengakui bahwa soal pemenuhun gizi itu juag terkait dengan daya beli. Masyarakat harus makmur, untuk bisa membeli makanan bergizi. Untuk itulah, Bambang Soepijanto dalam pencalonannya sebagai anggota DPD RI mempunyai program "Ngayomi, Ngayemi, dan Ngayani" atau Melindungi, membuat nyaman dan mensejahterakan.

Bambang Soepijanto berjanji sekuat tenaga bila terpilih sebagai anggota DPD RI, dengan batas tugas dan kewenanannya, akan membuat masyaratat Yogyakarta, terutama Gunungkidul, makin sejahtera dan bebas Stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun