Di Suatu hari yang gelap dan penuh dengan segala keabu-abuan
aku melihat seorang yang telah tua renta
Dengan perawakan yang rapuh
Matanya tak lagi awas, tak lagi lihai kakinya
Terkejut aku ketika menghampiri sosoknya
Murung sendirian di peron yang sepi
Nampak gelisah jiwanya dibalik keriput kulitnya
Lantas kuhampiri ia, lalu ia menangis dengan sekuat tenaga
Karena tubuhnya tak lagi mampu menahan ledakan emosi
Aku bertanya
"Mengapa anda lekas gelisah?
Bukankah anda telah tiba di tujuan anda
Lantas, apa yang anda tangisi?"
Seraya mengusap air matanya
Ia berucap dengan susah payah
"Aku lupa akan dompetku, dan kereta api telah pergi jauh,
meninggalkan cakrawala."
Namun tangisan itu tidak bertahan selamanya
Seiring waktu berlalu, tangisan ia pun ikut berlalu
Jiwanya yang gusah bak badai, kini telah tenang kembali
Dibalik ketenangan itu, ia balik bertanya
"Ada gerangan apa kau datang di stasiun ini?
Tempat ini bukan untuk anak muda sepertimu"
"Pak, kita menanti penjemput yang sama"
Antah berantah, 11/20/2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H