Mohon tunggu...
haris naufal
haris naufal Mohon Tunggu... Buruh - calon orang yang termarjinalkan

Seorang proletar yang kebanyakan protes akan sesuatu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ya, Itu Saja

20 November 2019   10:01 Diperbarui: 20 November 2019   10:07 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di Suatu hari yang gelap dan penuh dengan segala keabu-abuan
aku melihat seorang yang telah tua renta
Dengan perawakan yang rapuh
Matanya tak lagi awas, tak lagi lihai kakinya

Terkejut aku ketika menghampiri sosoknya
Murung sendirian di peron yang sepi
Nampak gelisah jiwanya dibalik keriput kulitnya
Lantas kuhampiri ia, lalu ia menangis dengan sekuat tenaga
Karena tubuhnya tak lagi mampu menahan ledakan emosi

Aku bertanya
"Mengapa anda lekas gelisah?
Bukankah anda telah tiba di tujuan anda
Lantas, apa yang anda tangisi?"

Seraya mengusap air matanya
Ia berucap dengan susah payah
"Aku lupa akan dompetku, dan kereta api telah pergi jauh,
meninggalkan cakrawala."

Namun tangisan itu tidak bertahan selamanya
Seiring waktu berlalu, tangisan ia pun ikut berlalu
Jiwanya yang gusah bak badai, kini telah tenang kembali
Dibalik ketenangan itu, ia balik bertanya

"Ada gerangan apa kau datang di stasiun ini?
Tempat ini bukan untuk anak muda sepertimu"

"Pak, kita menanti penjemput yang sama"

Antah berantah, 11/20/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun