Mohon tunggu...
ABD HARIS
ABD HARIS Mohon Tunggu... guru sd

guru SD/pegiat literasi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis di Kompasiana tentang Bagaimana Tetap Autentik tapi Tetap Dibaca?

3 Maret 2025   08:29 Diperbarui: 3 Maret 2025   08:29 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi orang menulis (sumber: Image AI)

Menulis di Kompasiana memberikan kesempatan bagi siapa saja untuk berbagi pemikiran dan pengalaman, termasuk saya yang masih belajar dalam dunia kepenulisan. Saat pertama kali menulis di Kompasiana, saya merasa begitu antusias. Saya ingin berbagi pemikiran, gagasan, dan pengalaman saya dengan pembaca. Namun, setelah beberapa waktu, saya mulai membandingkan tulisan saya dengan para penulis senior di Kompasiana. Mereka memiliki gaya menulis yang khas, struktur yang rapi, dan mampu menarik banyak pembaca. Hal ini sempat membuat saya merasa kecil dan ragu apakah tulisan saya cukup layak untuk dibaca banyak orang.

Saya mulai mencari cara agar tulisan saya tetap autentik tetapi juga bisa menarik perhatian pembaca. Saya mencoba berbagai pendekatan, mulai dari menyesuaikan gaya bahasa agar tetap sesuai dengan kepribadian saya, hingga mengamati bagaimana penulis senior menyusun artikel mereka. Saya belajar bahwa autentisitas dalam menulis berarti memiliki gaya khas yang membedakan tulisan saya dari orang lain. Saya tidak harus meniru mereka, tetapi saya bisa belajar bagaimana mereka menyampaikan ide dengan cara yang menarik. Saya pun mulai lebih berani berbagi pengalaman pribadi yang relevan, menulis dengan bahasa yang lebih mengalir, dan tetap konsisten dengan gaya yang saya sukai.

Saya juga menyadari bahwa memahami audiens di Kompasiana sangat penting. Saya mulai memperhatikan jenis artikel yang banyak dibaca dan dikomentari. Saya mencoba menggunakan bahasa yang lebih sederhana dan mudah dipahami, tetapi tetap menjaga karakter tulisan saya. Dari sini saya menemukan bahwa menulis di Kompasiana bukan hanya soal berbagi pemikiran, tetapi juga bagaimana menjalin komunikasi dengan pembaca.

Salah satu pelajaran penting yang saya dapatkan adalah pentingnya memilih judul yang menarik. Saya melihat bagaimana penulis senior menggunakan judul yang memancing rasa ingin tahu. Saya mulai bereksperimen dengan berbagai jenis judul, mencoba menggunakan kata-kata yang lebih mengundang interaksi, seperti "tips", "strategi", atau "cara mudah". Selain itu, saya juga belajar bahwa menulis dengan alur yang mengalir membuat pembaca betah membaca hingga akhir. Saya mulai menerapkan strategi seperti memulai dengan pembukaan yang kuat dan relevan, menggunakan contoh konkret atau studi kasus, serta menutup dengan kesimpulan yang jelas dan mengajak diskusi.

Setelah menulis, saya juga belajar pentingnya mempromosikan artikel agar tidak tenggelam begitu saja. Saya mulai membagikan tulisan di media sosial, menggunakan tagar yang relevan, dan berinteraksi dengan pembaca melalui kolom komentar. Dari sini saya menyadari bahwa menulis di Kompasiana dengan tetap autentik dan menarik pembaca bukan hal yang mustahil. Dengan menemukan gaya unik, memahami audiens, dan menggunakan strategi yang tepat, tulisan saya bisa tetap berkarakter dan tetap dibaca.

Bagaimana dengan pengalamanmu dalam menulis di Kompasiana? Apakah kamu juga pernah merasa minder saat membandingkan tulisan dengan penulis senior? Bagikan pendapatmu di kolom komentar!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun