Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perempuan dan Keogahan Makan di Warung Pinggir Jalan

3 Oktober 2020   17:36 Diperbarui: 3 Oktober 2020   17:43 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perempuan || Sumber Gambar: Instagram Seniman Kuno.

Perempuan yang makan diajak makan di pinggir jalan adalah yang terbaik, kata siapa?

Hal pertama yang perlu dicatat adalah, ketika seorang perempuan nggak mau diajak makan di pinggir jalan, bukan berarti dia selalu pengen makan di tempat yang mewah. Atau setidaknya harus tempat yang fancy dan instagramable sekedar untuk konten yang diupload di media sosial.

Tolong diingat baik-baik ya, sayang. Di antara pilihan tempat makan pinggir jalan dan makan di tempat yang mahal, masih begitu banyak alternatif varian tempat makan lainnya. Misalnya, angkringan atau warung amakan yang ndak di pinggir jalan lainnya tetapi harganya tetap mura, masak sendiri di rumah, atau memilih makan di foodcourt mahasiswa yang lebih terjamin keramahan bagai isi dompetnya.

Jadi, pilihan untuk mau makan di pinggir jalan atau tidak sebaiknya bukan dilihat sebatas hitam dan putih. Seolah-olah, tidak mau diajak makan di pinggir jalan artinya dia adalah perempua yang matre adanya. Padahal yang ya tidak begitu juga.

Kemungkinan lain yang bisa menyebabkan seorang perempuan tidak berkenan makan di pinggiran jalan. Bisa jadi, ia tidak yakin dengan kebersihan tempat makannya. Bagaimanapun juga, masalah kebersihan tempat makan ini adalah sesuatu yang paling penting. Nggak mau kan, setelah makan justru kamu dan pasangan terkena penyakit diare barengan?

Selain masalah kebersihan, bisa jadi ia sedang mengalami trauma. Lantaran sebelumnya, misalnya, ketika sedang makan di pinggir jalan, tiba-tiba lewat truk pembawa sampah yang langsung mengubah rasa makanan seketika. Saat ini ia sedang membutuhkan waktu untuk pelan-pelan beradaptasi lagi dengan pengalaman buruk yang pernah menimpanya. Jadi, tidaklah elok rasanya jika kamu langsung menjustifikasi bahwa dia adalah perempuan yang manja dan matre.

Jika seorang lelaki beralasan bahwa ia mengajak perempuan makan di pinggir jalan karena ingin melihat apakah pasangannya betul-betul mau diajak hidup susah nantinya, lebih baik hentikan semua ini semua. Apakah kamu betul-betul sepesimis itu dengan masa depanmu sehingga dari jauh-jauh hari sudah merencanakan untuk hidup susah?

Bukankah akan lebih baik kalau pola pikirmu ini direset ulang? Bahwa dalam keadaan susah tersebut, kamu akan mengusahakan untuk segera keluar, tidak mau lama-lama dari susah itu, dan berusaha mencapai keadaan yang lebih baik?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun