Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Manusia dan Tanggung Jawab Keilmuannya

8 Juli 2019   10:36 Diperbarui: 8 Juli 2019   10:46 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bumi Manusia ~ Sumber gambar: Instagram NASA SPACE

Umat manusia baru-baru ini menorehkan penemuan yang terbilang prestisius, yakni penemuan citra Black Hole atau yang biasa kita sebut dengan lubang hitam oleh kelompok intelektual yang tergabung dalam jaringan peneliti beberapa negara. 

Hasil penemuan ini merupakan bentuk pengembangan ilmu pengetahuan melalui riset yang telah dilakukan intens lebih dari satu dekade lalu. Hal ini membuktikan teori Albert Einstein  tentang relativitas umum yang ia cetuskan tahun 1915 silam.

Selain penemuan tentang lubang hitam, di tahun 2016 jaringan peneliti LIGO mendeteksi gelombang gravitasi. Para intelektual tersebut mengembangkan metode pengamatan untuk mendeteksi gelombang gravitasi sebagaimana hipotesa teori Albert Einstein tentang relativitas umum. 

Penelitian yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut tentu menghabiskan biaya yang besar, namun hasilnya sepadan dengan apa yang telah dilakukan. Penelitian ini telah berhasil mendeteksi gelombang gravitasi dan kelompok intelektual tersebut meraih hadiah Nobel di tahun berikutnya.

Berbagai riset penelitian  yang dilakukan oleh intelektual memang krusial dan urgen dalam perkembangan kehidupan dan peradaban modern. Melalui riset dan penelitian pula muncul bermacam pengetahuan baru, berbagai macam terknologi terbarukan terus dikembangkan. Persoalan dan kendala yang dihadapi oleh manusia berpotensi besar dipecahkan solusinya melalui riset para intelektual.

Di zaman yang serba digital ini, riset menjadi pilar utama akan kemajuan sebuah bangsa dan negara. Tidak ada bangsa dan peradaban yang maju tanpa melakukan riset yang baik. 

Pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga pendidikan lainnya menginovasi penemuan baru, menggali cara pandang baru untuk mengakses berbagai kemungkinan kemajuan, mengembangkan kualitas kewarganan dan kesadaran publik akan adab. 

Bersama inovasi, risiet menjadi faktor utama penunjang negara maju untuk bersaing di kancah dunia. Mendorong perbaikan kualitas hidup manusia bernegara yang secara langsung berimplikasi pada produktivitas dan daya saing masyarkat global.

Semua manusia memiliki potensi diri untuke menjadi intelektual, akan tetapi tidak semua orang dalam masyarakat memiliki fungsi intelektual. Mereka yang menjalankan fungsi intelektual dalam masyarakat dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, intelektual tradisional semacam guru, akademisi, dosen dan para ulama yang secara kontinyu melakukan hal yang sama dari masa ke masa. 

Kedua, intelektual organik termasuk kelompok yang berhubungan langsung dengan kelas atau perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan mereka untuk berbagi kepentingan serta untuk memperbesar kekuasaan dan kontrol.

Intelektual ideal begitu aktif dalam masyarakat, yakni mereka senantiasa berupaya mengubah pikiran dan memperluas pasar. Berbeda  para guru dan ulama yang melakoni pekerjaan serupa dari tahun ke tahun, intelektual organik selalu aktif bergerak dan berbuat kegiatan sosial kemasyarakatan.

Kita juga bisa mendefinisikan dan mengakui intelektual sebagai manusia yang berbakat dan diberi moral pemikir. Mereka ini yang membangun kesadaran manusia dan mengecam atas intelektual yang tidak mengabaikan panggilan serta telah mengkompromikan prinsip dan karya mereka bukan sebagai analisis sistematis tentang kehidupan intelektual.

Intelektual ideal mencipta tatanan dalam masyarakat. Mereka manusia yang begitu jarang ditemukan dan tentunya karena apa yang mereka junjung adalah standar kebenaran. 

Sesuatu yang niscaya tidak akan ditemukan di dunia ini. Menyisipkan sebutan religius pada mereka sebagai sebuah distingsi status dan tampilan yang memperlihatkan bahwavmereka  selalu menentang keterpikatan diri oleh materi, pencapaian jabatan pribadi dan berserikat dengan kekuatan sekuler. 

Intelektual sejati adalah mereka yang kegiatannya pada dasarnya bukan untuk mencapai tujuan praktis, tetapi mereka yang menemukan kepuasan dalam mempraktekkan seni dan ilmu pengetahuan.

Hal ini tentu mengiyakan bahwa intelektual tersebut menolak ide ketidakbersentuhan total dimana para pemikir yang memiliki pemikiran terlalu privat. Menolak mereka yang mencipta hal sulit dimengerti oleh masyarakat. 

Intelektual ideal tetap dengan jati dirinya, digerakkan oleh dorongan metafisis dan prinsip keadilan dan kebenaran. Mereka memerangi korupsi, melindungi kaum lemah, menentang otoritas yang menyimpang.

Kesulitan sekarang ini ketika mengembangkan ilmu pengetahuan terfokus kepada mereka memanfaatkan otoritas moralnya untuk mendukung sekteranisme dan kepentingan kelas. Sebuah pemerintahan  mempunyai pembantu para intelektual. Kelompok yang bisa dipanggil bukan untuk memimpin, tetapi untuk memantapkan kebijakan pemerintah menyuarakan suara perubahan.

Pribadi simbolik mereka ditandai dengan ketakberjarakannya dari hal-hal praktis. Dengan demikian jumlah mereka tidak bisa banyak. Mereka lahir sebagai individu dengan kepribadian kuat. 

Di atas semua itu, mereka berada pada posisi yang hampir selalu beroposisi terhadap status quo. Kebepihakan intelektual merujuk kepada kelompok yang tersingkir oleh tekanan zaman.

Pandangan tentang intelektual ideal yang secara umum merupakan pemikiran menarik dan tegas. Namun hal yang kita tahu bersama bahwa figur intelektual adalah mereka yang bisa berbicara tentang kebenaran kepada otoritas yang tanpa keraguan, fasih dan berani mengambil resiko. 

Bagi mereka, tak ada kekuasaan yang terlalu besar untuk dikritik dan mengkritiknya adalah tugas dia. Intelektual ideal terlahir sebagai manusia yang menjalankan fungsi khusus tertentu dalam masyarakat yang lebih dekat kepada realitas.

Pada dasarnya intelektual tidaklah pencipta konsekuen, akan tetapi mereka yang seluruh kehadirannya ditandai oleh sikapnya yang kritis, bertangung terhadap sosial dan memiliki cita rasa untuk tidak dapat menerima formula yang sederhana atau sesuatu yang berjalan tanpa gejolak dan akomodatif pada kekuasaan dengan tidak melakukan atau mengatakan sesuatu yang kurang berkenan bagi penguasa. Serta mereka tidak cukup hanya bersikap pasif, secara aktif mengemukakan pandangannya di muka umum.

Hal ini tentu  tidak selalu berkaitan dengan suara mengkritik kebijaksanaan pemerintah, tetapi lebih dari itu, pekerjaan intelektual adalah mempertahankan status ilmu pengetahuan dengan kewaspadaan. Mereka harus selalu sadar akan tugasnya untuk tidak membiarkan kebenaran diselewengkan dan dipolitisir untuk kelompoknya. 

Peran Intelektualini melibatkan pandangan yang realistik dan perjuangan yang rasional guna menyeimbangkan persoalan pribadi dan tuntutan mempublikasikan ide ilmu pengetahuan  dan berbicara di muka umum, maka tugas ini tak pernah berakhir.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun