Apa yang membuat manusia demikian bahagia melihat penderitaan manusia lain? Membuat manusia sekutu kegirangan mendengar Nagasaki dan Hirosima luluh lantak? Sebetulnya jawabannya sama persis dengan apa yang membuat manusia berteriak "goal" saat kesebelasan jagonya menang?Â
Sepertinya tidak masuk dinalar jikalau ada manusia dengan kesadaran penuh bahkan dengan bahagia meledakkan "petasan" yang mengakibatkan kerusakan di sebuah toko akan tetapi juga tahu kalau dia pasti ikut mati dalam kejadian tersebut.
Sebetulnya bukan tidak ada penjelasan ilmiahnya kalau ada manusia yang kecanduan demi mengejar untung, pujian, sanjungan atau apalah yang membahagiakan terus sampai dia harus bunuh diri. Hal ini persis seperti manusia yang kecanduan narkoba. Manusia bisa merasakan sangat bahagia dengan dimotivasi bisa masuk dalam kategori manusia yang sukses, mereka akan kecanduan datang dalam sesi motivasi semacam ini.
Perkara nantinya sukses beneran atau enggak itu bukan soal penting. Motivasi "untung" memang begini cara kerjanya.
Apakah dengan modal nasehat para kyai, manusia pecandu narkoba bisa lepas dari kebiasannya mengejar untung kegembiraan dan kebahagiaan yang mereka dapat secara instan?Â
Pada pusat neurosain beberapa negara, menghilangkan kecanduan narkoba bisa dengan cara instan semisal dengan Functional Neurosurgery atau Bedah saraf fungsional. Operasi ini bisa dengan cara memasang elektroda, atau melakukan lessioning atau merusak nucleus tertentu di otak.
Sebenarnya penjelasan neurosains soal hal ini tidak terlalu rumit Ada satu eksperimen terkenal dimana sekelompok saintis memasang elektroda di otak beberapa tikus.Â
Di tahun 1954, James Olds dan Peter Milner menemukan hubungan kebahagian dengan dopamin dan nucleus acumben di otak. Akan tetapi dalam riset tersebut, Old-Milner menemukan juga bahwa kebahagiaan berlebihan bisa mengakibatkan kematian.

Seekor tikus tersebut akan mengalami sensasi kebahagian bila menginjak pedal. Ketika tikus itu diberi pilihan antara makanan lezat dan pedal, ia lebih memilih pedal. Ini seperti kasus anak manusia yang lebih milih meneruskan bermain game timbang makan malam. Tikus tersebut menekan pedal berulang lagi sampai lemas karena lapar dan kelelahan kemudian mati.
Manusia mempunyai kecenderungan yang sama dengan tikus percobaan tersebut dalam mengejar kesenangan ketimbang memilih untuk tetap hidup. Dari sini awalnya kita akan mengetahui di mana tempat sirkuit yang memberikan keuntungan dan hukuman di otak kita.