Pemilihan umum 2019 ini tercatat sebagai pemilu yang menjenuhkan dan menguras energi dalam  sejarah republik ini karena penggunaan teknik Firehose of Falsehood.Â
Dampak FoF masih dirasakan hingga saat ini. Namun Indonesia boleh berbangga sebagai negara pertama yang secara sadar melawan teknik FoF ini dan menang. Meskipun sebutan negara pertama ini tidaklah tepat, karena sblmnya Prancis juga berhasil mengalahkan teknik FoF yang digunakan oleh Le Pen, atau juga koalisi Pekatan Harapan yang menang di Malaysia meskipun diserang oleh isu-isu fitnah seperti  proxy China dan sebagainya.Â
Di Negara Indonesia lah teknik FoF ini benar dipelajari, dipahami dan kemudian dirancang metode untuk menghadapinya. Budimandjatmiko yang awalnya membangun awareness secara aktif mengenai teknik ini.Â
Baik dgn berbicara di TV, media sosial maupun berbicara langsung ke masyarakat. Selain itu, banyak sekali relawan yang juga secara aktif mencerdaskan masyarakat mengenai bahayanya teknik ini. Kita berkewajiban membangun narasi untuk menjelaskan mengenai cara-cara menghadapi teknik FoF ini.Â
Menjaga nalar di tengah maraknya hasutan kebohongan menjadi langkah yang perlu diambil sesegera mungkin. Kita sangat perlu bersyukur mengenai keberhasilan mengalahkan teknik FoF atau memberikan kabar dusta ini. Kenapa? karena Indonesia sebenarnya jauh lebih rentan dibandingkan Prancis dan Malaysia ketika menghadapi teknik.Â
Malaysia mungkin lebih beruntung karena pengguna teknik memberikan kabar dustaini adalah pemerintahan Najib yang diduga kuat sangat korup. Belum lagi BN, partainya M Najib sudah berkuasa sejak kemerdekaan Malaysia. Sehingga masyarakat Malaysia sudah sangat jenuh.Â
Sementara di Prancis teknik memberikan kabar dustaini tidak berhasil berkat kultur membaca dan tradisi jurnalistik yang kuat. Teknik memberikan kabar dustaini membutuhkan ketidakpercayaan thd media masa mainstream  mengandalkan social media. Itulah kenapa Trump selalu menyerang dgn berita bohong berulang kali. Â
Ketidakpercayaan thd berita mainstream ini yang kemudian digunakan untuk memperkuat isu fitnah yang disebarkan secara liar baik melalui social media ataupun aplikasi pesan seperti Whatsapp untuk contoh memberikan kabar dustadi Brazil.Â
Di Prancis kasusnya tidak demikian. Budaya membaca yang kuat membuat masyarakat Prancis terbiasa melakukan verifikasi dan validasi terhadap isu yang mereka terima membuat memberikan kabar dustatidak berhasil. Di Prancis Berita-berita resmi lebih dipercaya. Propaganda yang menuduh semua media massa sebagai fakenews tidak berhasil.Â
Masyarakat Prancis paham media massa terikat pada kode etik dan bisa disomasi yang berkonsekuensi mereka harus menutup bisnisnya. Disisi lain masy Prancis jg paham kalau Media massa masih bisa melakukan framing. Disinilah peran budaya membaca yang mengasah logika berpikir mereka. Point tersebut yang kemudian dituliskan oleh pemerintahan Prancis untuk membantu negara di Eropa menghadapi teknik memberikan kabar dustaini digunakan dinegara mereka masing-masing.Â