Kasus terbongkarnya prostitusi artis kelas atas menjadi seperti gunung dimana puncaknya nampak kecil namun bawahnya begitu besar dan mengakar kemana-mana.Â
Sebagian dari kita lebih militan menghardik pelaku dan pengguna jasa dibanding dengan pelaku tindakan korupsi, perilaku destruktif tersebut tentu berdampak buruk bagi semua elemen masyarakat.Â
Pada zaman pra Kenabian, transaksi prostitusi berkedok pernikahan terjadi di masyarakat Arab Jahili. Praktik prostitusi dianggap lumrah oleh masyarakat, sebut saja bentuk pernikahan istibda, sejenis bentuk pernikahan pra Islam yang membolehkan istrinya untuk tidur seranjang dengan lelaki bukan suami sahnya yang gagah perkasa, kaya dan pandai.Â
Dengan harapan mencari peranakan yang unggul dalam segi fisik dan intelektual. Mereka berharap agar keturunannya menjadi sama dan setidaknya meniru jejak dan karakter lelaki tersebut, walaupun lelakinya itu bukanlah suaminya yang sah.Â
Kasus seperti ini juga terjadi di Sparta, dimana masyarakat Sparta akan mencemooh lelaki yang menjadi suami yang sah cemburu pada sang istrinya yang melakukan perilaku gonta-ganti tersebut.Â
Dalam masa jahiliyyah Arab tersebut juga dikenal tradisi tukar menukar istri. untuk beberapa waktu tertentu. Ada juga bentuk lain prostitusi, dimana pada suatu rumah tersebut dikibarkan bendera, yang menandakan di dalam rumah itu disediakan perempuan yang siap melayani lahir batin. Jika perempuan melahirkan anak, ia berhak meminta pertanggungjawaban pada lelaki yang mirip dengan wajah dan perawakan anak tersebut.Â
Masyarakat jahiliyyah Pra Kenabian begitu membiarkan dan acuh tak acuh dengan praktik prostitusi tersebut. Memaksa budak perempuan mereka untuk menjajakan diri demi keuntungan tuan pemiliknya, kondisi seperti ini berlangsung sampai Nabi Muhammad memutuskan berhijrah ke Madinah. Bagaimana sikap umat Islam saat itu? Bagaimana strategi dakwah Nabi untuk mengatasi prostitusi yang kian masif.Â
Islam melalui kalam Tuhan Al-Quran dan melalui perantara Nabi Muhammad menyampaikan risalah Kenabian, secara bertahap dalam melarang melalui curhatan dan aduan para sahabat beliau yang hampir terjerat simpul prostitusi, menghindarkan umat islam untuk menikahi para penjaja diri sampai dalam level mengecam perbuatan Ubay bin Salul yang memaksakan budak perempuannya menjual diri untuk meraup untung dari pemaksaan tersebut.Â
Sungguh ironis memang yang terjadi sekarang, praktik prostitusi lahir karena perilaku diri yang over patriarki dalam menilai orang lain, menggagap perempuan hanya sebagai objek bukan sebagai patner diri atau jangan-jangan ketidakmampuan lelaki tersebut dalam mengekspresikan fantasi seksualnya dianggapnya menodai kesucian pasangan yang ia cintai.Â
Pendidikan gender dan kepercayaan diri menjadi kunci dalam membangun relasi seksual yang sehat dan berimbang, tidak ada dominasi antara kedua gender tesebut. Karena semua orang hanya akan tetap menjadi pendosa ulung namun yang menjadi pembeda tentu dalam level maksiatnya.