Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tan Malaka dan Sejarah Gerakan Perlawanan Indonesia

27 Desember 2018   07:39 Diperbarui: 27 Desember 2018   07:46 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tan Malaka || Sumber gambar: Instagram Sabda Perubahan.

Bagi mereka yang mengetahui sejarah manusia pasti tahu sekali siapa yang paling berpengaruh di dunia ini, yaitu manusia. Oleh Tuhan, manusia dianggap sebagai orang yang memiliki derajat paling tinggi di muka bumi ini. Didukung pula oleh firman Tuhan yang ada dalam kitab-Nya. 

Dari mulai diturunkannya manusia sebagai pemimpin di bumi ini, manusia salalu menjadi raja bagi mereka yang lemah. Menjadi raja harus dapat merawat alam semesta ini dengan tuntutan kecil tumbuh dari diri manusia itu sendiri seperti halnya, manusia itu menuntut dirinya untuk menjadi cakap. Mulailah kemudian kepintaran ini yang dijadikan manusia sebagai alat untuk dapat mengatur manusia yang lain.

Kacakapan manusia ini dapat mencetuskan berbagai macam teori kritis yang kemudian dianggap sebagai perkembangan ilmu lain selain yang ada dalam kitab-Nya. Mulai dari aspek, teoritis, metodologis, sampai pada hal yang berupa praksis. Lanjut seolah hal yang penting, aspek-aspek tersebut berkembang sangat pesat yang kemudian jika ada sesorang yang pandai dan lihai dalam menyampaikan kajian-kajian tersebut akan dianggap sebagai seorang yang sangat modern atau kontemporer.

Namun terkadang dalam mengkaji dari berbagai hal tersebut pasti diantara ada yang tertinggal. Ini yang membuat ssebagai orang menjadi seorang yang hanya dapat berfikir tanpa ada bukti real bagi kehidupan bermasyarakat. Kalimat dan pidato yang disampaikan dan dikembangkan oleh pakar ilmu itu sejatinya tidak hanya untuk orang-orang yang hanya gemar membaca kemudian hanya tidur-tiduran setelahnya.

Mereka menginginkan, karena pada saat itu mereka tidak dapat berbuat banyak karena adanya tekanan dari seorang yang lebih superior, maka harapannya orang setelahnya dapat mengimplikasikan perkembangan pengetahuan yang mereka sampaikan.

Bayangkan saja jika apa yang disampaikan Tan Malaka dalam upayanya meraih kemerdekaan Indonesia secara utuh tanpa ada bantuan dari koloni sebenarnya hampir terwujud jika seluruh orang yang mengkaji dan memahami bagaimana kolonialisme dan imperialisme terjadi di Indoenesia? tidak hanya mengkaji dari segi teoritisnya saja. Tidak hanya menjadi keinginan yang utopis dan hanya terbayang dalam pikiran.

Mereka yang paham dan mengetahui pahamisme yang ada disebelah kiri terkadang terjebak pada suatu ranah teoritis saja. Apa yang di sampaikan oleh tokoh-tokoh revolusioner tidak ada yang utopis jika dalam memposisikannya tepat. Seperti salah satu paham sosialisme. Pada saat itu sosialisme ini berdiri dipimpin oleh orang seperti, Francois Babeuf, Fillipo Buonaroti, dan Louis Auguste Blanqui. 

Awal berdirinya sosialisme ini ketika di Perancis terjadi konflik antara kaum pemilik modal dengan kelas pekerja industri. Mulai saat itulah kemudian sekte sosialisme muncul untuk meredam atau menengahi konflik antara keduanya. Kemudian dari para pemikir sosialisme ini seperti Comte de Saint-Simon, Charles Fourier dan lainnya mengaharapkan adanya konsepsi manyarakat yang ideal dan segala bentuk kejahatan ekonomi, politik dan sosial dapat dilenyapkan dari nagara tersebut.

Memang terlihat suatu hal yang mustahil bagi kalangan orang realisme, akan tetapi konsepsi yang ideal ini tidak memungkinkan terjadi di suatu daerah tertentu sebagai benih pertama dari bentuk konsep ideal sosialisme. Bagi Plato alam bukunya Republic menciptakan suatu ide atau konsep ideal bukan suatu hal yang utopis.

Menciptakan masyarakat dengan tatanan kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang ideal dapat dimulai dari membentuk masyarakat yang kooperatif di daerah tertentu sebagai pionir terciptanya masyarakat ideal yang lebih besar. Namun, akan berbanding terbalik jika sampaikan kalimat di atas hanya menjadi kajian semata. Otak hanya menjadi sebuah penjara bagi ide kreatif manuisa untuk bergerak menuju kehidupan yang lebih baik. Hal ini tentu akan menjadi bencana besar bagi umat manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun