Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menciptakan "Musuh" Bersama

13 Desember 2018   07:25 Diperbarui: 13 Desember 2018   07:35 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Musuh kita adalah Hoax || Sumber gambar: Instagram Komikanu

Setiap gerakan manapun yang eksis di muka bumi membutuhkan musuh untuk dijadikan mesin penggerak, orientasi gerakan, serta sumber energi dukungan internal kelompok, bahkan juga sebagai perekat keretakan internal dalam kelompok tersebut.

Amerika dan sekutunya di zaman perang dingin membutuhkan keberadaan Uni Soviet untuk dijadikan musuh bersama. Begitu komunisme runtuh dan Uni Soviet bubar, Gedung putih merasa seperti kehilangan motivasi dan disorientasi gerakan.  

Kita bisa analogikan dalam dunia persepakbolaan, kalau cuma sekedar latihan dan bola sekedar ditendang sana atau disundul sini, sama sekali tidak seru. Tetapi begitu dibuatkan pertandingan, ada lawan yang harus ditaklukkan, barulah serasa ada semangat main bola. 

Bayangkan kalau kesebelasan lawan menyatakan kalah dan tidak mau turun ke lapangan hijau untuk bertanding, maka semangat kesebelasan sendiri pun ikut hilang dan penonton ikut kecewa karena  tidak melihat pertandingan yang menarik.

Orde Baru

Ketika sebelumnya rezim Orde Baru masih bersikap represif, umat Islam di negeri kita saat itu punya kekuatan dan perekat bersama, yang didapat dari tekanan rezim. Ada yang direpresi, ada yang ditangkap, ada juga yang dipenjara tanpa pengadilan dan dibiarkan untuk jadi perusak sebuah gerakan perjuangan. 

Akan tetapi tatkala rezim itu tumbang, umat seolah kehilangan musuh bersama. Perekat yang semula menyatukan barisan perlahan mulai mengendor dan dimana-mana muncul keretakan yang kian kentara. 

Malah satu per satu mulai jalan masing-masing, mendirikan bendera kelompok, mengumpulkan masa dan pendukung masing demi membangun kekuatan internal masing kelompok yang dirintisnya.

Amat disayangkan pada gilirannya malah satu dengan yang lain saling menjadi saingan, bahkan sampai ke level saling menghujat satu dengan yang lain. Apalagi ketika datang godaan untuk masuk ke dalam sistem yang dibumbui dengan anggapan dapat mengubah sistem itu dari dalam, maka aroma permusuhan itu semakin nyata. 

Salah satu sebabnya adalah bahwa pekerjaan itu ternyata dilakukan secara sendiri-sendiri tanpa mengajak elemen lain untuk melakukan pekerjaan besar ini secara bersama-sama, Akibatnya yang terjadi justru perpecahan dan fitnah dalam tubuh umat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun