Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pesan Moderasi dari Begawan Penafsir Mesir Rasyid Ridha

4 Desember 2018   10:35 Diperbarui: 4 Desember 2018   11:12 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Asal tidak menjadi golongan yang berlebihan dalam memahami agama. Tidak menjadi golongan yang menjurus dalam keekstreman. Dan demikianlah mereka yang menjadi akidah, akhlaq dan perilaku mereka.

Syahid dalam ayat ini dapat kita artikan sebagai subjek maupun objek kajian, sehingga ia bisa diartikan sebagai yang menyaksikan atau yang disaksikan. Syahid dalam artian yang lebih luas adalah yang disaksikan oleh komunitas lain atau yang disaksikan dalam hal kebaikan. 

Menyaksikan bukti keteladanan dan bentuk tanggung jawab Illahi melalui mekanisme memberikan dosa bagi pengingkar dan pahala bagi mereka yang tunduk. Nabi dan Rasul menjadi syahid akan kemurahan Allah bagi manusia. Komunitas bisa menjadi saksi atau disaksikan untuk menjadi panutan bagi komunitas lain.

Semisal komunitas Muslim menjadi salah satu roll model dalam bermoderasi dan Nabi Muhammad menjadi tokoh bermoderasi dalam pembenaran bagi semua aktivitas moderasinya  

Jikalau kita merujuk Al-Quran melalui ayatnya, kata wasath bertransformasi menjadi memiliki arti tengah. Sebut saja dalam Q. S Al Isra ayat 29 dan  ayat 100. 

Dari ulasan Rasyid Ridha, kita bisa tarik benang merah bahwa untuk menyelesaikan sebuah polemik, kita dituntut untuk menjadi penengah. Oleh karena itu kita memahami bahwa kata wasath memiliki arti Yang Terbaik, adil dan Tengah.

Moderasi mensyaratkan memiliki beberapa unsur penerapannya, yaitu adanya dialog terbuka dari pemilik kepentingan,  adanya Patronase dari segala aspek, dan adanya tuntutan ajaran keagaman yang kritis akan moderasi itu sendiri. 

Setelah memahami unsur penopangnya, tentu kita menyadari akan konsekuensi yang beraneka ragam sebagai akibat memposisikan diri sebagai pionir bermoderasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun