Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ngopeni Cilikan dan Jalan Dakwah Kiai Baedhowi Syamsuri

1 November 2018   13:01 Diperbarui: 1 November 2018   13:07 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiai Baedhowi Syamsuri akan mengisi di suatu pengajian. || Sumber Gambar: PPST Photo

Memulai sebuah jalan dakwah dari akar rumput memang sulit dan melelahkan diri, ibarat jawanya babat alas di suatu daerah yang miskin akan ajaran islam musti punya sejuta cara yang jitu. Tak terkecuali yang dilakukan Kiai Baedhowi Syamsuri Brabo, beliau sebelumnya pernah mengeyam pendidikan hadis di Universitas Madinah. Beliau seangkatan dengan Said Agil Munawar (Mantan Menteri Agama) ketika berguru kepada Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliki dan Syeikh Yasin al-Fadani.

Kiai Baedhowi Syamsuri pernah mengemban amanah sebagai Rais Syuriah PCNU  Grobogan dan Ketua Rabithoh Mahad Islam PWNU Jawa Tengah sepulang dari pendidikan di luar negeri. Sebelum pulang dari Universitas Madinah, Kiai Baedhowi pernah mengabdi selama tiga bulan di Negeri Jiran, banyak fasilitas yang disediakan oleh pihak yayasan di Jiran Malaysia, namun beliau malah menolak tawaran tersebut. Beliau lebih memilih untuk mengembangkan dakwah di desanya yang masih terpinggirkan kala itu.

Jalan dakwah baginya adalah mengikhlaskan diri untuk ngopeni cilikan, menyebarkan Ajaran Muhammad, Islam rahmatan lil Alamin walau dalam wujud lingkup terkecil. "Kiai Baedhowi juga pernah menjual es lilin di sela kegiatan mengajar pondok pesantren peninggalan ayahnya, KH Syamsuri Dahlan. Apabila ada tamu yang datang sowan, beliau meletakkan baskom tempat buat membuat es lilin di bawah meja, tambah Gus Hilmy putra ketiga beliau. Begitu laku prihatin yang dijalani beliau, walaupun lulusan dari luar tidak menurunkan rasa sungkan dalam diri.

Beliau manelurkan berbagai karya diantara tentang tuntunan Haji dan Umroh berbahasa altin, satu buku biografi berbahasa arab pegon, dan beberapa catatan kecial sebelum mengisi suatu pengajian. Beberapa karya tersebut belum tersentuh oleh orang awam, seyogyanya sebuah karya bisa dibaca dan dipelajari oleh generasi selanjutnya. Tradisi keilmuan akan rentan dibelokkan jikaalau tidak ada gerakan literasi yang representatif.

Dakwah Terkecial, Termudah dan Terdekat

Laku dakwah yang paling membekas adalah mencotohkan segala perilaku, dimulai dari keluarga dan dalam bentuk sepele. Masyarakat akan menirukan segala tindak tanduk figur pemuka agama. Hal tersebutlah yang kiranya dicontohkan oleh Kiai Baedhowi semasa hidupnya di lingkungan, tanpa memerintahkan lambat laun akan menirukan perilaku, ucapan dan pergerakan diri. Menjadikan contoh diri sebagai langkah  yang efektif.

Kiai Baedhowi yang lahir di Grobogan pada tahun 1948, berpulang ke rahmatullah tahun 2014 silam. Beliau dikenal sebagai pribadi yang bijaksana terhadap perubahan masyarakat, amat sungkan menolak undangan jadi pembicara di pengajian desa, baginya berat untuk berkata tidak, selagi fisik mampu. Beliau pernah mengiyakan tiga acara pengajian di tempat yang berbeda pada hari yang sama.  Lahul fatihah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun