Imperialisme kultur sejak dulu memiliki hubungan antara dunia barat dengan dunia Islam dan sudah bergesek bahkan sebelum perang Salib, oleh karena itu di barat citra Islam terkesan negatif, bahkan tidak hanya masalah citra, tetapi sudah merambah pada dunia akademik barat yang akhirnya melahirkan istilah orientalisme.
Dari segi pemikiran Hasan Hanafi dapat didefinisikan pada modernis, tapi tidak seluruhnya benar, terutama karena Hanafi menggunakan analisis fenomenologis yang muncul di barat untuk melawan modernisme. Walaupun ia sudah menyerap modernitas dan praposmodernitas, tapi ia belum merambah pada gerakan pemikiran yang paling baru di barat yakni posmodernisme. Sehingga pemikiran Hanafi masih pada permukaan.
Posmodernisme adalah suatu masa sebagai protes atas masa modernisme. Modernisme sendiri adalah masa dimana ingin mencapai suatau kemajuan yang pesat dan agar tidak terlalu tertinggal jauh oleh barat. Sehingga tokoh-tokoh modernis mulai merumuskan formulasi-formulasi di berbagai sektor kehidupan Islam. Mulai dari sektor ekonomi, sosial, politik dan pendidikan yang kesemuanya itu ditujukan untuk kemajuan Islam.
Tapi yang perlu digaris bawahi adalah mereka meninggalkan tradisi-tradisi Islam yang sudah menjadi ciri khas Islam itu sendiri. Mereka menganggap tradisi sebagai sebuah batu sandungan mencapai untuk kemajuan Islam sehingga harus disingkirkan.
Dengan ini posmodernisme lahir sebagai upaya penggabungan antara tradisionalisme dengan modernisme. Mereka menganggap bahwa dari keduanya terdapat hal-hal positif yang harus kita ambil. Tradisi yang positif harus dipertahankan untuk mengawal kemajuan Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H