Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Politik Damai ala Mahatma Gandhi

21 Agustus 2018   09:14 Diperbarui: 21 Agustus 2018   09:42 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Mahatma Gandi dari India

Pidato yang cukup singkat itu mencerminkan Gandhi bukanlah tokoh yang ingin menjual janji dan berorientasi kekuasaan. Apalagi, Gandhi menyadari dirinya tidak mengerti betul dengan kondisi nyata negerinya karena ia bertahun-tahun tinggal di luar negeri.

Dengan sikapnya yang ramah, merakyat, konsisten, dan bahkan inklusif, dengan mudah Gandhi merangkul rakyat India dari berbagai kepentingan dan golongan. Maka didampuklah Gandhi sebagai seorang pemimpin, pejuang, dikenal senagai bapak revolusi India, dan guru yang bijak.

Bangkit dari Keterpurukan

Bukanlah perkara mudah untuk meyakinkan rakyat India melakukan perubahan demi membangun negerinya sendiri dan terlepas dari banyang-bayang koloni. Tetapi dengan kesabaran dan konsistensi perjuangannya, akhirnya Gandhi mampu meraih dukungan luas dari rakyat India. Gandhi membuktikan dirinya sebagai seorang motivator sekaligus guru yang bijak dengan ajaran-ajarannya.

Pertama, ahimsa. Melawan segala bentuk kekerasan, diskriminasi, penindasan dan sebagainya dengan rasa cinta dan damai. Menurut Gandhi, kedamaian adalah cara paling arif untuk mencegah dan mengurangi kekerasan ataupun diskriminasi. Kekerasan yang dilawan dengan kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan yang baru.

Jikalau api dibalas dengan api, buka padam yang terwujud melainkan keduanya sama hancur lebur. Kita ambil contoh kasus yang akhir-akhir ini terjadi tentang pelarangan penggunaan atribut atau simbol agama tertentu, baca tompi santaklaus, seharusnya ormas tertentu jangan pake ngotot segala buat memberantas itu semua apalagi sampai rusuh dengan petugas berwajib, nyatanya berkeyakinan dan beragama adalah ranah privasi seseorang, tidak usah memaksakan satu warna dengan kalian. Lihat saja pelangi, dia indah karena banyak warna yang menyusunnya, bukan satu warna saja.

Kedua, satyagraha; ajaran memegang teguh pada kebenaran dan keadilan. Bagi Gandhi, jiwa yang akan selamat di dunia adalah mereka yang tidak tergoyahkan dalam memperjuangkan sesuatu yang dianggap benar meskipun berbagai rintangan, tantangan, dan hambatan menghadang. Dalam sosok Gandhi, keteguhan ini benar-benar tercermin.

Dalam ibarat jawa " wong jujur bakale uripe mujur" orang yang berlaku jujur dalam segala hal, kehidupan yang ia jalani akan tentram dan beruntung. Walau terkadang niatan untuk berlaku bohong dan curang selalu muncul. Manusia memiliki kecenderungan untuk mencari yang jujur karena fitrah-nya manusia seperti itu dan berlaku dalam segala lini kehidupan manusia.

Al- Quran menggambarkan kebenaran bagai air yang berada di bawah buih yang banyak, walau dari permukaaan yang kelihatannya hanya buih [baca; keburukan], pada saatnya nanti air akan menampakkan wujudnya, segar menyegarkan dan buih pun menghilang. 

Masyarakat yang memperjuangkan kebenaran dan keadilan pada awalnya akan tertindas, namun kalau mereka memperjuangkan keadilan yang dirampas oleh orang lain dengan gigih, kebenaran dan kebenaran akan memenangi pertempuran itu.

Ketiga, swadesi; ajaran untuk tetap mandiri. Bagi Gandhi, kemandirian sebagai sebuah bangsa harus dikedepankan agar tidak mengekor kepada bangsa atau "kekuatan" lain. Kemandirian ini perlu diwujudkan dengan memenuhi kebutuhan sendiri di dalam negeri yang dalam konteks ini adalah India.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun