Mohon tunggu...
Haris Fauzi
Haris Fauzi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pembelajar

Penyuka Kajian Keislaman dan Humaniora || Penikmat anime One Piece.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Cinta Itu Penderitaan Tanpa Ujung

20 Agustus 2018   09:41 Diperbarui: 20 Agustus 2018   09:43 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari sudut pandang psikologi, menurut James Drewer, cinta adalah perasaan khusus yang menyangkut kesenangan terhadap atau melekat pada obyek, cinta berwarna emosional bila muncul dalam pikiran dan dapat membangkitkan keseluruhan emosi primer, sesuai dengan emosi di mana obyek itu terletak atau berada.

Menurut Elaine dan William Walster, cinta merupakan suatu keadaan keterlibatan mandalam sekali yang diasosiasikan dengan timbulnya rangsangan fisiologis yang kuat dan diiringi pula dengan perasaan untuk mendambakan partner dan keinginan untuk memuaskan keinginan melalui partner tersebut.

Erich Fromm mengatakan bahwa cinta adalah suatu proses pengembangan diri. Cinta adalah reaksi yang dipelajari dan emosional. Cinta adalah interaksi dinamis dalam setiap kehidupan kita. Lebih lanjut Fromm menjelaskan bahwa cinta adalah suatu kegiatan aktif. Cinta menjadi bagian dari proses menjadi (to be) dari seseorang. Dengan hal seperti menjadi itulah, cinta tidak berarti harus memiliki (to have). Karena mencintai dengan modus menjadi ini, maka setiap orang memiliki keleluasaan untuk menguasai dan memiliki terhadap kekasihya. Karena menurutnya, penguasaan terhadap kekasih akan menghambat  menjadi kekasih tersebut dan juga diri sendiri.

Secara umum, emosi cinta menjadi faktor penting dalam pembentukan interaksi sosial yang antar sesama. Emosi cinta menjadikan hubungan seseorang dengan orang lain semakin dekat hingga melahirkan motivasi untuk saling tolong-menolong. Emosi cinta juga mengikat perasaan seseorang dengan keluarga, masyarakat, dan tanah airnya. Cinta dapat melahirkan motivasi untuk berkorban membela keluarga, masyarakat, atau tanah airnya, baik secara material maupun spiritual.

Cinta merupakan dasar kasih sayang di antara manusia. Cinta merupakan pengikat erat yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya serta membuatnya ikhlas dalam beribadah kepada-Nya, mengikuti manhaj-Nya, dan berpegang pada syariat-Nya.

Dalam kehidupan manusia cinta tampak dalam beragam bentuk. Terkadang manusia mencintai diri sendiri, mencintai sesamanya, mencintai istri dan anaknya, mencintai kekayaan, mencintai Allah dan Rasul-Nya, dan mencintai alam dengan segala makhluk yang ada di dalamnya.

Penjelasan mengenai macam-macam cinta juga dapat kita temukan dalam al-Qur'an. Cinta pada diri sendiri misalnya, dapat kita lihat dari ayat berikut:

...     ....

"... dan sekiranya aku mengetahui yang gaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan aku tidak akan ditimpa kemudaratan. (Q.S. al-Araaf/7: 188)

Al-Quran menggambarkan cinta kepada diri sendiri yang secara alamiah ada pada diri manusia. Gambaran cinta pada diri sendiri berupa kecenderungan manusia untuk mencari hal-hal yang berguna bagi dirinya, serta menjauhi hal-hal yang dapat membahayakan dan mencelakakan dirinya.

Di antara indikasi cinta manusia pada diri sendiri adalah cinta (yang berlebihan) kepada harta, senantiasa berdoa untuk kebaikan dirinya dengan pemberian harta, kesehatan, serta kebaikan dan kenikmatan hidup lainnya. Firman Allah:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun