Pendapat saya sebagai rakyat biasa yang kredit motor masih ketinggalan 1 tahun lagi (yang siap kapanpun untuk dipensiunkan) dan bersyukur tidak punya mobil jika harga BBM naik adalah “saya tidak peduli!”, tapi dengan syarat harga beras, sayur, lauk pauk tidak ikut naik. Seandainyapun harga BBM naik 10x lipat dari harga sekarang, saya tegaskan “saya tidak khawatir”, karena saya masih kuat untuk berjalan kaki, saya masih kuat untuk mengayuh sepeda dan saya tidak canggung andong atau dokar kemana-mana jikalau digunakan sebagai transportasi umum. Tetapi saya bisa sakit seandainya saya hanya makan satu kali sehari, saya juga tidak akan kuat beraktivitas jikalau hanya bisa makan nasi putih tiap hari tanpa lauk karena harganya yang melambung tinggi dan alasan naiknya harga itu adalah karena kenaikan harga BBM.
Saya sebagai seorang yang awam tentang ilmu ekonomi, tidak bisa menalar atau mencoba menghubungkan antara kenaikan BBM yang juga menyebabkan kenaikan bahan pokok. Para ahli ekonomi mengatakan tentang laju inflasi dan nilai mata uang yang juga akan berpengaruh ketika harga BBM mengalami kenaikan dan akan berpengaruh ke harga bahan pokok, sumpah! saya tidak paham bagaimana cara menghitungnya sehingga kedua hal tersebut menjadi suatu analisis yang mendekati kebenaran. Namun, seandainya harga kacang kedele naik dan harga tempe, tahu dan toge juga naik, itu adalah hal yang masuk akal bagi saya karena kacang kedele adalah bahan dasar untuk membuat tempe, tahu dan toge. Tapi BBM bukanlah bahan dasar untuk bahan pokok, sehingga menurut pemahaman saya, tidak ada hubungannya antara kenaikan BBM dengan kenaikan harga bahan pokok.
Jadi saya memohon kepada Bapak-bapak, rekan-rekan dan teman-teman yang berdemo untuk menentang kenaikan BBM, seandainya pun tidak ditemukan titik temu, saya memohon untuk menyampaikan suara saya jikalaupun nantinya BBM harus tetap naik, saya mohon pemerintah tetap menjaga harga bahan pokok tetap stabil, tidak mengalami kenaikan dan terjangkau untuk rakyat. Tapi kalaupun juga harga bahan pokok tetap naik, saya masih berani bilang “saya tidak peduli!” walaupun harga BBM naik selagi kerbau saya masih kuat membajak sawah di kampung, sepeda ontel saya rantainya tidak putus, sayur bayam yang ditanam di kebun masih bisa tumbuh dengan baik dan duren serta rambutan masih bisa saya panen
Maaf, saya hanya seorang rakyat biasa yang mencoba bertahan hidup di tanah air Indonesia, dan mungkin memang saya masih harus belajar banyak tentang ilmu ekonomi yang menyebabkan rakyat Indonesia menjadi terbelah antara yang pro dan kontra tentang kenaikan harga BBM ini.
Terakhir, mudah-mudahan apapun keputusannya adalah yang terbaik untuk seluruh rakyat Indonesia.
Salam,
Seorang rakyat yang pernah merasa indonesia telah Merdeka…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H