Mohon tunggu...
harisherianto
harisherianto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

MATEMATIKA VERSUS SENI

28 Mei 2011   10:27 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:07 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Saya mulai intens menonton setiap pertandingan Manchester United lewat siaran televisi pada medio 90-an. Ketika itu jagad sepakbola Eropa masih dikuasai tim-tim Seria A Italia dengan representasi AC Milan dan Juventus.  Atraksi-atraksi manis licin ala Cantona, Kanchelskis, Giggs setidaknya bagi saya berhasil mendobrak kejemuan gaya cepat kuat ala Kick n Rush tim-tim Liga Inggris. Berikutnya kehadiran para lulusan muda sekolah sepakbola United angkatan Beckham, Giggs, duo Neville, Scholes, Butt menjadikan tim ini bermain sistematis dan terstruktur. Karakter kuat,  cepat, opurtunis, stylish dan pantang menyerah menjadi ciri anak-anak muda ini.   Bahwa pertandingan sepakbola  berlangsung 2x45 plus sekian menit injury time disadari benar oleh United. Millenium berganti, dan saya tetap penggemar United. Barcelona? ahh, nanti dulu. Madrid lebih memikat. Setidaknya di awal milenium. Kalau sekarang? Saya sulit menyebutnya. Anggaplah 10 angka sempurna yang tiada lagi nilai di atasnya. Sepakbola Barca berada pada garis 9,5.  Saat ini, Barca berada pada level tertinggi sepakbola yang mungkin bisa dicapai.   Tidak ada tim dengan level sepakbola di atas Barca. Walau tak selalu menang dan juara, tapi siapa  yang tahan menutup mata untuk tak melihat atraksi ciamik anak-anak Catalan ini. Aksi-aksi Xavi, Iniesta, Messi, Pedro, Besquet, Pique adalah parade orchestra sepakbola yang menyajikan simfoni tanpa henti. Bahwa sepakbola haruslah menyerang adalah filosofi anak-anak La Masia. Lemari Barca jelas bukan pengumpul cangkir terbanyak. Tapi ia sukses membuat jatuh hati penonton. Pada titik ini saya berkata, T’estimo, Barça. Jika dipaksa mendefenisikan saya akan menyebut MU dengan MATEMATIKA dan BARCELONA dengan SENI. Yang mana lebih baik. Terserah. Tapi siapapun anda penggila bola haruslah berterima kasih pada dua orang ini. Johan Cruyff  dan Sir Matt Busby.  Dua orang inilah sebenarnya peletak dasar sehingga MU dan Barca menjadi seperti sekarang ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun