Mohon tunggu...
Haris Herdiansyah
Haris Herdiansyah Mohon Tunggu... Dosen - penulis adalah dosen tetap fakultas humaniora, President University, peneliti sekaligus penulis buku Metodologi Penelitian Kualitatif.

Dosen Tetap Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Humaniora, President University. Peneliti dan Penulis buku Metodologi Penelitian Kualitatif

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kelakar Usang DPR-RI

3 November 2014   21:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:47 692
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Barangkali sudah bukan barang baru bagi bangsa ini melihat perilaku para anggota dewan yang terhormat, yang duduk di gedung mewah DPR-RI yang saat ini sedang terjadi perseteruan antara satu kubu dengan kubu lainnya. Saya tidak akan menyoroti permasalahan apa yang sedang terjadi yang menyebabkan perpecahan di tubuh DPR RI kita, melainkan menyoal apa yang ada di pikiran para anggota dewan terhormat tersebut terhadap rakyat Indonesia.

Pertanyaan mendasar yang pertama adalah, jika para anggota DPR itu mempersepsikan dirinya sebagai wakil rakyat, dalam perseteruan ini mengapa lebih banyak rakyat Indonesia yang tidak setuju, tidak sependapat, tidak mendukung, bahkan mengecam dan mengutuk perseteruan yang terjadi di DPR. Jika anggota dewan adalah wakil rakyat, seharusnya apa yang dilakukan dan dipikirkanoleh anggota dewan, selaras dan sejalan dengan rakyat karena mereka adalah sample dari rakyat Indonesia. Jika terjadi ketidaksesuaian antara apa yang dipikirkan dan dipersepsikan rakyat dengan yang dipikirkan dan dipersepsikan anggota dewan, berarti pernyataan bahwa mereka adalah wakil rakyat, tidak terbukti benar. Mereka bukan wakil rakyat, mereka bukan sample rakyat Indonesia.

Pertanyaan yang kedua adalah, wakil rakyat adalah kumpulan orang-orang hebat dan terdidik. Tapi benarkah demikian? Jika kita lihat di televisi, ketika anggota dewan saling berdiskusi membahas tentang sebuah topic tertentu, terkesan mereka adalah orang-orang yang penuh dengan ide-ide cemerlang dan ide-ide brilian untuk membangun negeri ini, untuk mengangkat negeri ini dari keterpurukan. Barangkali benar adanya bahwa mereka adalah orang-orang pandai dengan ide-ide briliannya. Tapi yang perlu digarisbawahi adalah apakah orang yang cerdas sudah pasti orang yang solutif? Belum tentu demikian. Orang cerdas mampu menciptakan sebuah peradaban, namun diperlukan orang bijak untuk melanggenggkan peradaban tersebut. kecerdasan adalah ranah kognitif/otak, tetapi solusi adalah ranah hati. Perseteruan yang terjadi saat ini tidak cukup hanya bermodalkan orang cerdas, tetapi sangat dibutuhkan orang bijak untuk mencari solusi yang harmonis. Lebih sulit mencari orang bijak ketimbang orang cerdas di negeri ini.

Pertanyaan yang ketiga, apakah para wakil rakyat masih punya waktu untuk memikirkan rakyat? Salah satu anggota dewan berbicara di televisi dan mengatakan bahwa perseteruan ini akan mereda sendirinya dalam waktu enam bulan. Woooww…enam bulan terbuang percuma dimana rakyat hanya disuguhi tontonan perseteruan diantara mereka yang mengatasnamakan partai mereka masing-masing. Kalau hanya untuk meredakan perseteruan mereka saja membutuhkan waktu selama itu, dimana waktu mereka untuk memikirkan nasib rakyat? Belum lagi mereka harus memikirkan nasib mereka sendiri dan keluarga mereka, memikirkan bagaimana membalas budi kepada pihak-pihak yang telah membantu melancarkan jalan mereka menuju DPR, dan lain sebagainya. Kapan mereka benar-benar memikirkan rakyat?

Tiga pertanyaan diatas barangkali sangat tidak cukup untuk menggambarkan keluh kesah rakyat Indonesia terhadap kelakuan wakil-wakil rakyatnya. Namun demikian, barangkali permasalahan di negeri ini sudah sedemikian rumitnya sehingga para anggota dewan nan cerdas pun kehilangan akal sehatnya untuk mencari solusi. Suara saya ini sekedar ungkapan hati yang masih menaruh harapan bahwa bapak-bapak dan ibu-ibu terhormat yang duduk di kursi DPR segera dapat ber-islah dan kembali menjadi harapan rakyat Indonesia untuk bangkit dan berdiri tegak sejajar dengan bangsa lainnya.

Salam hormat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun