Mohon tunggu...
HARIS HAQQ
HARIS HAQQ Mohon Tunggu... -

Seorang biasa yang hanya berharap indonesia selalu aman damai dalam bingkai kebhinekaan menuju adil makmur dan sejahtera

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pergulatan Politik Indonesia diantara Nasionalis Merah, Nasionalis Hijau, Militer & Partai hijau

20 April 2014   22:47 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:25 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang pemilihan presiden sebagai perebutan kekuasaan puncak republik ini aroma pergulatan politik semakin tergambar jelas. Tiap partai politik dan kelompok merapatkan barisan dan mencari kawan untuk meraih keluasaaan tertinggi. manuver politik dilancarkan memanaskan suhu politik tanah air. terbaru partai-partai islam menggalang kekuatan untuk membuat poros indonesia raya yang digagas ketua MPP PAN Amien rais. koalisi ini juga direncanakan untuk digabungkan dengan partai nasionalis entah itu demokrat, gerindra ataupun golkar. sementara PDIP yang mengusung jokowi sudah terlebih dahulu menggalang koalisi bersama nasdem mengusung koalisi terbatas. Gerindra yang mengusung Prabowo sebagai capres sudah secara resmi menggandeng PPP dan besar kemungkinan akan bertambah partai yang bergabung.

Bila kita memahami sejarah perjalanan panjang indonesia sejatinya ada pertarungan politik antara beberapa kelompok besar di tanah air bahkan sebelum indonesia merdeka. ini bisa dibaca dari saat perumusan dasar negara dan UUD 1945 oleh panitia persiapan kemerdekaan indonesia dan BPUPKI. tarik menarik kepentingan ini paling kentara terbaca saat perumusan sila pertama antara kelompok nasionalis dan kelompok hijau atau islamis. selanjutnya setelah indonesia merdeka praktis puncak kekuasaan dikuasai oleh kelompok nasionalis soelarno-Hatta. tapi pada prosesnya soekarno hatta inipun pecah, soekarno lebih beraliran nasionalis merah terwakili oleh PNI sebagai partai dengan basis massa kaum abangan sementara Hatta walaupun nasionalis tapi lebih mewakili kelompok nasionalis islam.

Sampai dengan tahun 1959 indonesia menerapkan demokrasi parlementer dimana kabinet dipegang oleh seorang perdana mentri dan presiden hanya sebagai pemegang kekuasaan negara. silih berganti kabinet dikuasai antara koalisi nasionalis PNI ataupun kelompok besar islam masyumi. merasa pemerintahan parlementer hanya menjadi ajang rebutan kekuasaan, Soekarno membubarkan parlemen dan kekuasaan berpindah sepenuhnya kepadanya dan praktis dalam massa ini kelompok nasionalis merah pimpinan Soekarno memuncaki kekuasaan tertinggi dengan dukungan kelompok partai merah PKI dan satu partai hijau NU membentuk poros politik Nasakom (nasinalis, agama dan komumis). pada masa ini Hatta yang mewakili nasionalis hijau terpinggirkan dan Soekarno menjadi penguasa tunggal. dengan intimidasi PKI, Soekarno juga meminggirkan bahkan membubarkan partai -partai hijau atau partai beraliran islam yang menjadi lawan paling krusial PKI. saat itu kekuatan militer khususnya angkatan darat me.jadi lawan politik partai merah PKI.

Sampai tibalah pada peristiwa 1965 yang menjadi pergulatan politik terbesar di indonesia. kelompok militer yang dikomandoi Soeharto mengambil alih puncak kekuasaan dengan dukungan kelompok partai hijau bahkan NU yang sebelumnya menjadi koalisi Soekarno justru di tingkat akar rumput yang paling aktif mengganyang komunis. peristiwa 1965 menjadi dendam politik berkepanjangan hingga saat ini karena lingkup pergulatan politik yang sampai akar rumput terjadi perang sosial terparah di indonesia. tidak terhitung ratusan ribu korban jatuh baik itu dari pihak komunis maupun massa islam yang menjadi sasaran komunis saat komunis masih berkuasa. tapi terbesar memang dari pihak komunus yang berdampak dengan dibubarkanya partai komunis yang menjadi wakil kelompok partai merah.

Praktis sejak 1967 kekuasaan dipegang penuh kelompok militer Soeharto yang berhasil membentuk partai golkar aebagai partai nasionalis hijau sebagai kendaraan politik untuk berkuasa selama 32 tahun. kelompok nasionalis merah diwakili PDI dan kelompok hijau diwakili PPP seakan hanya menjadi pelengkap kekuasaan karena tidak ppunya kekuatan politik. partai hijau garis keras yg terpinggirkan berjuang dibawah tanah karena banyaknya aktifis islam yg ditangkap Soeharto. sementara aktifis partai merah yg tersisa melakukan tiarap politik panjang karena sikap sangat keras soeharto kepada komunis.

sampai kemudian terjadi reformasi 1998 yang menjungkalkan soeharto dari kekuasaan. tiba era reformasi dimana kekuatan politik nasionalis merah bangkit melalui PDIP. kelompok partai hijau juga tumbuh subur tapi tersebar antara partai PKB, PAN, PKS, PPP. kelompok partai hijau cenderung terpecah karena walaupun sama beraliran islam tapi punya kelompok massa berbeda di tingkat pendukung. beda dengan kelompok nasionalis merah yang walaupun sempat bermunculan partai nasionalis merah semacam PNi baru, PNBK dll tapi suara nasionalis merah tetap solid dalam satu partai PDIP.

Tapi kemenangan PDIP di pemilu 1999 tidak bisa mengantar partai ini ke puncak kekuasaan karena partai hijau membentuk poros tengah dengan berkoalisi bersama golkar sebagai kelompok nasionalis hijau dan kelompok militer yang saat 1999 sedang gamang karena kekuasaan mereka yang tumbang. ketiga kelompok besar inilah yang menjegal kelompok nasionalis merah untuk berkuasa.

tahun 2004 militer kembali solid dan SBY yang militer membentuk partai nasionalis hijau demokrat yang lahir dari golkar. SBY yang militer dan nasionalis hijau mampu menggandeng partai hijau PAN, PKB, PPP dan PKS untuk berkoalisi dalam pemerintahan SBY selama dua periode. walaupun antar koalisi kadang tidak solid tapi sejatinya garis perjuangan mereka tetap bisa ditarik dari sejarah pergulatan meraih kekuasaan.

Tahun 2014 suhu politik kembali memanas. kelompok nasionalis merah PDIP kembali menjadi pemenang pileg. tapi kemenangan yang hanya 19 % sangat mungkin tidak akan berarti bila ketiga kelompok nasionalis hijau, partai hijau dan militer kembali bersatu menjegal kelompok nasionalis merah. apalagi selama kampanye ketiga kelompok kompak menjadikan jokowi sebagai musuh bersama. kelompok nasionalis merah yang kembali bangkit dengan hadirnya jokowi sebagai capres mereka dianggap bisa menjadi rival serius yang bisa meminggirkan kekuatan politik mereka. apalagi tokoh-tokoh ketiga kelompok mencurigai adanya kelompok pemodal politik di belakang jokowi dan dukungan terselubung dari sisa-sisa aktifis partai merah yang menjadi rival bersama.

memang betul golkar dan gerindra masing-masing sudah mencalonkan pasangan tersendiri tapi dengan hadirnya koalisi indonesia raya yang digagas amien rais dan SBY boleh jadi akan kembali menyatukan poros partai hijjau PAN, PPP, PKB, PKS dengan kekuatan kelompok nasionalis hijau demokrat dan gerindra. boleh jadi juga golkar akan menyusul kemudian. karena bila melihat pola pergulatan politik dan sejarahnya ke belakang, boleh jadi kelompok nasionalis merah tidak akan dibiarkan melenggang mulus meraih kekuasaan. just wait n see...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun