Mohon tunggu...
Haris adiantoro
Haris adiantoro Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Tidak ada Bio

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Perladangan Berpindah

26 Juni 2023   18:14 Diperbarui: 26 Juni 2023   18:20 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Apakah itu ladang berpindah? Beberapa petani masih menggunakan metode ini untuk melakukan penanaman tanaman pangan. Perladangan berpindah merupakan suatu tahapan awal dari perkembangan suatu budaya bertani setelah melalui periode budaya dan meramu ( berburu dan meramu ). Perladang berpindah adalah sistem bercocok tanam yang berpindah -- pindah dari satu tempat ke tempat lain yang dilakukan secara bergiliran.

Perladang berpindah ini merupakan sistem pertanian dengan lahan bukaan sementara yang ditanami selama beberapa tahun kemudian dibiarkan bera (sistem pengembalian kesuburan tanah) untuk waktu yang lama. Teknik pembukaan lahan biasanya dilakukan dengan menebas hutan dan membakar biomasa hasil penebasan tersebut, sehingga ladang berpindah biasanya disebut dengan perladangan tebas bakar.

Masyarakat tradisional didaerah tropis masih mempraktekan metode ini khususnya di Indonesia, yang mendasari perladangan berpindah adalah subsistensi dan rendahnya input ke dalam sistem. Tujuan dari perladangan berpindah adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar keluarga petani peladang. Imput dari petani peladang hanya tenaga kerja yang berasal dari keluarga, untuk pemeliharaan kesuburan tanah sebagai faktor produksi diserahkan kepada mekanisme alamiah.

Perladangan berpindah juga memiliki dampak negatif terhadap lingkungan, untuk mengantisipasi meluasnya dampak negatif perladangan berpidah, langkah strategis dapat dilakukan melalui dengan cara meningkatkan produktivitas lahan dan nilai ekonomi produknya, dikarenakan produktivitas dipengaruhi oleh kesuburan tanah, jenis tanaman yang ditanam, dan praktek pengolahan yang dilakukan, ketiga aspek tersebut mencangkup kapasitas petani perladangan berpindah.

Kesuburan tanah ladang berpindah tergantung pada keberhasilan masa pemberaan dalam mengembalikan unsur hara didalam tanah  dan dekomposisi bahan organik, oleh karena itu jenis dan waktu vegetasi  yang tumbuh pada masa pemberaan merupakan faktor untuk keberhasilan pemberaan.

Perladangan berpindah hanya dilakukan di beberapa wilayah hutan yang telah dipetakan sebagai ladang. Biasanya, ladang hanya dapat digunakan selama 2 hingga 3 kali selanjutnya ditinggalkan. Ladang yang ditinggalkan dibiarkan selama 2-3 tahun. Setelah lahan kembali menghutan, lahan siap dibuka kembali sebagai ladang. Teknik ladang berpindah secara tidak langsung adalah upaya konservasi tradisional masyarakat adat yang diwariskan nenek moyang mereka. Dengan teknik ini, masyarakat tidak perlu membuka lahan baru selain yang telah dipetakan untuk perladangan, sehingga lahan primer dan hutan perawan tetap terjaga kelestariannya.

Ladang berpindah hanya memiliki batas waku panen tahunan, sehingga faktor musim sangat mempengaruhi proses bercocok tanam. Ketika musim kemarau, ladang yang telah dibuka dikeringkan dan kemudian dibakar. Namun ketika datang musim penghujan, padi yang telah ditanam dibiarkan tumbuh subur, kemudian dipanen. Meskipun ladang berpindah memiliki waktu panen yang sangat lama, namun dengan ladang berpindah orang-orang tidak perlu menggunakan pupuk atau pestisida dalam skala besar.

Sistem pertanian modern dan ladang berpindah. Pertanian modern dicirikan dengan teknik pertanian yang didasarkan atas sebesar-besarnya hasil panen yang didapatkan. Sistem ini biasanya bersifat konvensional, karena sebagian besar masih menggunakan pupuk kimia dan pestisida untuk mengendalikan hama. Sedangkan teknik pertanian tradisional, sistem perladangan berpindah, lahan untuk berladang dibagi atas beberapa luasan tertentu yang didasarkan atas jumlah keluarga dalam komunitas masyarakat. Teknik ladang berpindah dilakukan didalam hutan, oleh karena itu, teknik ladang berpindah juga memanfaatkan hutan sebagai suatu keseimbangan.

Adanya keberagaman dalam landscape tersebut menjaga keanekaragaman serangga sehingga populasi binatang dapat terkontrol, dan tidak menjadi hama bagi sawah. Teknik perladangan berpindah dilakukan atas dasar pembagian jumlah keluarga dalam komunitas masyarakat. Setiap keluarga biasanya terdiri atas 5 hingga 7 orang.

Perladangan berpindah sebagai praktek pertanian yang bertumpu pada masa pemberaan untuk mempertahankan kesuburan dan produktivitas lahan, sepanjang masa pemberaannya mencukupi untuk mekanisme pengembalian produktivitas lahan tidak berpengaruh negatif terhadap lingkungan. Perubahan sosial masyarakat peladang dan berkurangnya luas hutan akibat dikonversi untuk penggunaan lain mengakibatkan masa pemberaan perladangan berpindah semakin singkat. Perladangan berpindah merupakan refleksi sosial budaya masyarakat pelakunya, sehingga penanggualangan dampak negatif perladangan berpindah terhadap lingkungan juga harus mempertimbangkan faktor sosial budaya masyarakat pelakunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun