Manusia umumnya membutuhkan relasi. Saat firman Tuhan berkata, "tidak baik manusia hidup seorang diri"Â hal ini sedang merujuk kepada relasi antar sesama.Â
Kodrat manusia bukan hidup sendiri, namun berelasi.
Saat Allah mengikat perjanjian antara Allah dan bangsa Israel, hal ini sedang merujuk relasi.
Relasi antara Allah dan umatnya bukan saja bicara menyangkut relasi vertikal, namun secara horizontal termanifestasi melalui praktek kehidupan.Â
Maksudnya ada tuntutan dalam menjalin relasi yang bagaimana. Misalnya tuntutan relasi itu merujuk kepada sifat Allah yang kudus yang menghendaki umat Israel hidup kudus.
Imamat 19:2 (TB) Â "Berbicaralah kepada segenap jemaah Israel dan katakan kepada mereka: Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus. Â
Misalnya, sepasang kekasih yang menjalin hubungan asmara, tentu ada tuntutan untuk menjadi seperti apa hubungan yang mereka bangun.Â
Tentu ada semacam standar nilai yang diterapkan dalam hubungan tersebut.Â
Misalnya, Si A mengatakan, saya maunya "begini," saya tidak mau "begitu," dan seterusnya. Begitulah relasi antara kita dan Allah.
Di sisi lain, ada problem yang seringkali dianggap sepele, namun berdampak besar jika diabaikan.Â
Saya sering mendengar banyak orang yang memberi penekanan penting bagi persekutuan secara komunal, dibandingkan persekutuan pribadi dengan Tuhan.Â