Tujuan Retorika dalam Dakwah
Tujuan dakwah dijelaskan dalam al-Qur'an, yaitu menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang munkar (QS. Ali Imran/3: 104). Umat Islam dianggap sebagai yang terbaik karena menjalankan tugas tersebut (QS. Ali Imran/3: 110). Nabi Muhammad juga mengajarkan pentingnya merespons kemungkaran dengan tangan, lisan, atau hati, sesuai kemampuan.
Dalam retorika, tujuan pesan dakwah meliputi lima aspek: informatif, persuasif, rekreatif, edukatif, dan advokatif. Aspek-aspek ini membantu mencapai tujuan dakwah, yaitu amar makruf dan nahi mungkar. Dari segi penyampaian pesan, retorika memiliki dua gaya: monologis (searah) dan dialogis (dua arah).
Contoh dakwah dialogis dalam kehidupan Nabi menunjukkan pentingnya interaksi dua arah. Dalam kitab Fathush Shamad, Nabi merespons pertanyaan seorang Arab pedalaman tentang iman, membuktikan ucapannya dengan mukjizat pohon yang bersyahadat. Dialog ini menggambarkan pendekatan retorika dakwah yang efektif.
Contoh lain dari kitab al-Mawaidz al-Ushfuriyah adalah keislaman Abu Bakar yang dimulai dari mimpi dan penjelasan seorang pendeta Nasrani. Dialog antara Nabi dan Abu Bakar menegaskan pentingnya komunikasi yang jelas dan bermakna dalam dakwah.
Selain tujuan berdasarkan isi dan cara, tujuan pedagogis retorika meliputi aspek korektif, instruktif, sugestif, dan defensif. Semua tujuan ini dirancang untuk mencapai misi dakwah: menyeru kepada yang makruf dan mencegah dari yang munkar, sehingga membimbing umat menuju kebaikan.
Oleh: Syamsul Yakin, Dosen Retorika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H