Sini, kuberi tahumu tentang ia, Padika ku.
Elan ayah dan ibu, untuk Menjeremba Asa,
Aruna nya memancarkan Asmaranala.
Kau, mungkin bukanlah Bumantara.
Tapi, dengarlah Wicaraku ini,
Sahaja saja.
Kau itu Sujana yang menyimpan sejuta ke Haliman,
Untukmu, akan ku Rengkuh kembali,
Setiap Harsa, setiap Petala rasa yang lenyap darimu.
Warna mu kini mulai Silam.
Namun, setiap hela nafasku,
Sinar Renjana, pada setiap langkahmu ku ingat.
Bahkan Arumi hari-hari mu.
Setiap Aksara ini untukmu,
Sedari ku tahu ternyata kau adalah Sampena ku.
Kau adalah Amanah ku.
Setiap Mangkus Do'a mu, itu Untuk ku,
Asa mu membuatku sadar akan Tutur mu.
Dulu dan sekarang, Asa mu Amerta di hatiku.
Terimakasih tuk Asa mu Untuku.
Aku, akan seperti cakrawala yang menaungimu dengan binar Dama.
Aku, akan seperti Jamanika yang menutupi luka-luka mu.
Yasa mu membuatku malu dan tunduk.
Berulangkali kau Nasihatiku, tapi ku Abai, seakan kau adalah Neskala.
Kau ingin mengajarkanku tentang Eunoia,
Namun, sekali lagi ku Jemawa.
Sungguh, Terimakasih tuk Asa mu Untuku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H